Medan (ANTARA) - Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin mengatakan, optimisme petani yang terlalu besar menjadi salah satu alasan harga cabai merah di Sumatera Utara masih rendah.
"Optimisme petani terlalu berlebihan ketika menghadapi Ramadhan dan Lebaran," ujar Gunawan kepada ANTARA di Medan, Sabtu.
Menurut dia, para petani memprediksi permintaan akan cabai merah tinggi saat Ramadhan dan Lebaran, sehingga mereka sudah menanam banyak komoditas hortikultura tersebut bahkan sejak akhir tahun 2022.
Akan tetapi, yang terjadi ternyata masyarakat memilih untuk mengerem belanja saat Ramadhan dan Lebaran. Itu membuat harga bahan-bahan pangan termasuk cabai merah turun.
Permintaan cabai merah yang tidak signifikan sepanjang Ramadhan dan Lebaran membuat stok melimpah.
Cabai merah yang beredar saat ini di pasar-pasar tradisional merupakan hasil panen dari yang ditanam sebelum Ramadhan.
"Hal ini juga menjadi masalah bagi petani," kata dia.
Petani, Gunawan meneruskan, tidak diuntungkan dengan situasi harga cabai merah saat ini sehingga animo mereka untuk menanam cabai merah diprediksi menurun.