Hardinsyah menjelaskan daun kelor tinggi akan kandungan potasium, magnesium dan kalsium yang berfungsi untuk mengendalikan tekanan darah.
“Akhir-akhir ini banyak anjuran untuk membatasi garam, nah lawannya natrium (garam) ya potasium, jadi kalau kita banyak makan potasium itu dapat mengendalikan garam dalam tubuh, dan mencegah hipertensi,” kata Hardinsyah ketika dihubungi ANTARA melalui sambungan telepon di Jakarta, Senin.
Baca juga: Dinsos Medan: 5.560 warga ajukan BPJS Kesehatan PBI
Kendati demikian, Guru besar Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut mengingatkan bahwa kelor merupakan makanan sehat untuk mengontrol tekanan darah namun tidak dapat dijadikan obat bagi penderita hipertensi.
Selain kandungan mineral yang tinggi, daun kelor juga tinggi akan serat, vitamin C serta vitamin A yang berguna untuk meningkatkan imunitas tubuh dan mengendalikan gula darah.
"Vitamin C baik untuk imunitas tubuh, sehingga tidak mudah terkena penyakit menular seperti flu dan mampu memelihara kesehatan kulit terutama dalam proses penyembuhan luka sehingga tidak mudah infeksi," jelas Hardinsyah.
Hardinsyah kemudian menambahkan kebutuhan asupan vitamin C harian sudah dapat terpenuhi dengan mengonsumsi 50 gram daun kelor segar.
“Tapi kalau kelor dibuat tepung dengan suhu tinggi, vitamin c berkurang jauh mungkin tinggal 10 hingga 20 persen saja," kata dia.
Vitamin A yang terkandung dalam daun kelor juga mengandung antioksidan berupa betakaroten yang berguna untuk menangkal radikal bebas yang dapat menyebabkan penyakit kanker.
Pohon kelor secara ekologi tergolong mudah tumbuh di daerah gersang atau kering seperti di Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Kelor sangat baik untuk mencegah stunting di daerah-daerah tandus yang sulit untuk tanam sayur dan buah, karena batang kelor itu bisa tumbuh baik di tanah tandus seperti di NTT," kata Hardinsyah.
Saran penyajian
Hardinsyah menyampaikan bahwa daun kelor dapat diolah menjadi sup kuah bening atau dimasak menjadi sayur santan (sayur bobor).
Namun Hardinsyah mengingatkan supaya daun kelor tidak direbus terlalu lama, cukup 5 hingga 10 menit saja, supaya antioksidan dan vitamin E tidak hilang dan dapat terserap tubuh.
"Kalau diolah dengan cara dimasak tumis cukup lima menit saja, kelor juga bisa dicacah dan dicampur telor (dijadikan dadar kelor) sehingga enak untuk dikonsumsi anak-anak dan ibu hamil untuk meningkatkan asupan kalsium dan protein," pungkas Hardinsyah.