Rantauprapat (ANTARA) - Kabupaten Labuhanbatu adalah daerah di wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara yang berada di jalur lintas Sumatera. Wilayah yang mengandalkan dari hasil perkebunan kelapa sawit dan tanaman karet ini, ternyata menyimpan konflik sosial remaja yang mengarah pada aksi kriminal.
Beberapa waktu lalu, Kepolisian resor Labuhanbatu berhasil meringkus empat pelaku tindak pidana penganiayaan di SPBU Sigambal, Kecamatan Rantau Selatan, Sabtu (28/5) malam.
Peristiwa itu terjadi saat korban bernama Abdilah Pasyah Batubara duduk di area SPBU bersama temannya. Tiba-tiba, datang dua orang remaja melakukan penyerangan. Polisi menyebut, korban mengalami luka sabetan senjata tajam dan pukulan benda keras.
Dari hasil penyelidikan Polisi mengamankan tiga orang pelaku yang merupakan anak di bawah umur, sehingga Satuan Reserse Kriminal Polres Labuhanbatu melakukan cara 'diversi' atau penyelesaian perkara dengan musyawarah.
Penelusuran ANTARA, Selasa (7/6) sore di Rantauprapat, masing-masing korban dan pelaku terindikasi dari dua kelompok remaja bernama 'Simple Life' dan gabungan anak rumah sakit atau 'Garsu' yang sering berseteru dengan ciri kendaraan khas knalpot blong.
Kedua kelompok ini kerap melontarkan kata-kata provokatif di media sosial untuk memancing aksi tawuran. Mereka menentukan waktu dan tempat yang telah disepakati untuk aksi saling serang secara fisik atau penguasaan jalur dari Sigambal, Kecamatan Rantau Selatan hingga Simpang Kompi, Kecamatan Rantau Utara.
Dalam suatu kesempatan, para kelompok remaja ini sering berkumpul pada malam hari, diantaranya di SPBU Sigambal, Simpang Mangga, Jalan Sanusi yang disebut 'gedung putih', Pajak Lama di jalan Agus Salim Rantauprapat, kawasan belakang Kantor Bupati Labuhanbatu, kawasan Idola di Jalan Khairil Anwar. Dari tempat tersebut disepakati jalur yang akan dilalui para kelompok remaja untuk mengelilingi Kota Rantauprapat.
Dari dua kelompok remaja tersebut, Simple Life merupakan geng terbesar di Kota Rantauprapat yang dikoordinir berinisial I dan P. Kelompok ini merupakan afiliasi kumpulan remaja kecil sejak 2020 dan memiliki anggota diperkirakan ratusan orang.
Mereka tersebar di Aek Paing kelompok Taman Mini Rantauprapat (TMR), Balai Desa-Sirandorung kelompok Warkop Mati (WM), Padang Bulan kelompok Etekk Family (EF), Stadion Binaraga kelompok Binar Family, kelompok Pasukan Brutal (PKB), Simpang Exim, Kampung Sawah Family (KS), Duduk Samarata S.X Family, Kampung Penuh Teror (KPT), WNK Family dan lain sebagainya. Kelompok kecil ini anggotanya masih berumur 13 hingga 18 tahun dan mengenyam pendidikan normal.
Sedangkan kelompok Garsu terdiri dari kumpulan remaja di sekitaran RSUD Rantauprapat sekitarnya yang dikoordinir berinisial K dan R.
Pengakuan seorang simpatisan kelompok remaja, kemudian disebut 'Bagus' menuturkan, masing-masing kelompok kecil itu tidak merekrut anggota.
Mereka terbentuk berdasarkan kenyamanan antar teman, karena satu sekolah, melakukan kegiatan yang sama serta terbentuk dari lingkungan sekitar untuk menunjukan identitas sebagai remaja.
Kelompok kecil ini tidak pernah melakukan kejahatan jalanan seperti pencurian sepeda motor, penjambretan hingga perampokan. Namun, mereka sering melakukan balapan liar di sekitaran Kota Rantauprapat maupun di Jalan Bypass Adam Malik.
"Masing-masing kelompok tidak berbuat keributan di jalan, tetapi apabila ada kelompok yang menantang saat konvoi dengan kelompok lain akan ditentukan tempat tawurannya" jelas Bagus.
Dewan Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu mengaku prihatin atas kasus penganiyaan yang melibatkan pelajar tersebut. Pihaknya berjanji membantu sekolah mengatasi konflik remaja hingga tuntas.
Diantaranya, mendatangi sekolah melakukan sosialisasi maupun penyuluhan dalam upacara bendera merah putih setiap hari Senin dengan mengandeng Satuan Bimbingan Masyarakat Polres Labuhanbatu.
"Sosialisasi ini akan menjadi program prioritas Dewan Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu, ujar Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu, Ridwan Sianturi didampingi Ketua Forum Komunikasi Komite Sekolah, Armansyah Siregar.
Ridwan mengurai, permasalahan sosial di tingkat remaja ini akan menjadi prioritas penanganan peningkatan pendidikan di daerah. Menurutnya penanganan ini akan dilakukan secara menyeluruh atau komprehensif.
"Kami akan melakukan ini secara komprehensif, peran tokoh masyarakat dan tokoh agama sangat membantu. Karena imanya sudah ada dia akan berfikir melakukan penganiayaan. Dari sekolah ada peran guru, wali kelas dan BP serta orang tua diminta untuk mengawasi aktifitas anak," jelas Ridwan.