Medan (ANTARA) - Krisis global membuat neraca perdagangan luar negeri Sumatera Utara dengan beberapa negara mulai mengalami defisit, kata seorang pengamat ekonomi.
"Krisis global berdampak pada penurunan permintaan dan harga berbagai produk Sumut khususnya pada produk unggulan Sumut yakni kelapa sawit dan karet," ujar pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo di Medan, Minggu.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wahyu menuturkan defisit nilai perdagangan khususnya terjadi dengan Malaysia, Singapura,Thailad dan Australia.
Dengan Malaysia selama Januari - Agustus 2019, perdagangan Sumut mengalami defisit 168,243 juta dolar AS.
Defisit terjadi karena ekspor.Sumut ke negara Malaysia hanya 95,594 juta dolar AS, sementara impor sudah 263,843 juta dolar AS.
Dengan Thailand terjadi defisit 28,456 juta dolar AS dari ekspor 116,783 juta dolar AS, sementara impor sudah 145,239 juta dolar AS.
"Terjadinya defisit neraca perdagangan Sumut dengan beberapa negara harus.mendapat perhatian besar pemerintah," katanya.
Pemerintah agar semakin tanggap mengatasi ancaman defisit perdagangan baik di provinsi maupun secara nasional.
Untuk sawit misalnya perlu terus diperkuat kebijakan memperkuat penyerapan di dalam negeri.
Dengan penyerapan yang banyak, maka ketergantungan ekspor CPO tidak terjadi lagi dan pelemahan harga jual bisa ditekan.
"Sudah saatnya KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Sei Mangkei dioperasikan secara optimal dengan memanfaatkan produksi sawit di Sumut," ujae Wahyu yang Dosen Fakuktas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU).