Madina (ANTARA) - Program Studi Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Mandailing Natal (Madina) menggelar seminar bertajuk “Kemiskinan, Pengangguran, dan Kriminalitas: Tantangan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan” di Auditorium Studium Centre kampus setempat, Rabu (15/10).
Seminar ini menghadirkan tiga narasumber dari berbagai sektor, yakni Kepala Teknik Panas Bumi PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP), Ali Sahid, Kepala Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri Madina Jufri W Banjarnahor, serta perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mandailing Natal, Fakhifah Lubis.
Dalam paparannya, Fakhifah Lubis mengungkapkan bahwa Kabupaten Mandailing Natal memiliki angka pengangguran tertinggi di wilayah Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel), yaitu sebesar 7,22 persen.
"Angka kemiskinan di Madina juga masih tergolong tinggi. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pengangguran dan rendahnya pendapatan masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, Jufri W Banjarnahor dari Kejari Madina menyampaikan bahwa kemiskinan dan pengangguran turut berdampak pada peningkatan kasus kriminalitas di daerah tersebut.
"Kriminalitas yang paling banyak terjadi adalah kasus pencurian, baik pencurian biasa, pencurian dengan pemberatan, maupun pencurian sepeda motor. Hal ini memberi dampak negatif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah,” ujarnya.
Ia berharap melalui forum akademik seperti ini, para mahasiswa dapat berperan aktif dalam mencari solusi dan merancang masa depan daerah dengan pendekatan ekonomi dan sosial yang lebih berkelanjutan.
Sementara itu, Kepala Teknik Panas Bumi PT SMGP, Ali Sahid menawarkan tiga strategi utama untuk menghadapi persoalan kemiskinan, pengangguran, dan kriminalitas di Madina.
"Pertama, kita harus mampu membaca dan mengelola potensi daerah. Madina memiliki kekayaan sumber daya alam dan potensi agroindustri yang besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal,” katanya.
Ia mencontohkan bagaimana teknologi tepat guna dapat digunakan untuk meningkatkan nilai tambah sektor pertanian dan mendukung usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
"Banyak petani kita yang belum mengelola hasil panennya dengan baik, sehingga tidak memperoleh nilai lebih. Begitu juga dengan pelaku UMKM yang belum maksimal memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas,” tambahnya.
Strategi kedua, menurut Ali, adalah penguatan pasca-panen dan akses pasar. Sedangkan yang ketiga, adalah kebijakan pemerintah yang berpihak pada masyarakat dan pelaku usaha lokal.
"Pemerintah harus hadir dalam bentuk pendampingan dan pemberdayaan. Di SMGP, kami tidak hanya memberikan bantuan modal dan akses pasar, tetapi juga melakukan pendampingan secara langsung sampai pelaku usaha bisa mandiri dan berkembang,” ujarnya.
Ali juga mengajak mahasiswa agar mulai membangun pola pikir kewirausahaan sejak dini.
“Kalau ingin ekonomi kita maju, jangan bercita-cita hanya menjadi ASN atau pegawai. Jadilah entrepreneur yang menciptakan lapangan kerja dan memanfaatkan potensi lokal,” pesannya.
Ketua Prodi Ekonomi Syariah STAIN Madina, Faisal Affandi, MEI, menyampaikan apresiasi kepada para narasumber dan berharap seminar ini dapat memperluas wawasan mahasiswa dalam merespons tantangan sosial-ekonomi di wilayahnya.
“Semoga materi dan motivasi yang disampaikan dapat menginspirasi mahasiswa untuk menjadi agen perubahan di tengah masyarakat,” pungkasnya.
