Ia mengatakan gejala itu dapat diikuti dengan pusing, mudah mengantuk, penurunan kesadaran dan tanda-tanda neurologis lain yang menunjukkan ensefalitis akut.
"Beberapa orang pun dapat mengalami pneumonia atopik dan gangguan saluran pernapasan berat," katanya.
Pada kasus yang berat, kata Nadia, ensefalitis dan kejang akan muncul dan dapat berlanjut menjadi koma dalam 24-48 jam hingga kematian.
"Angka fatalitas yang tinggi dikarenakan gejala yang tidak khas di awal sakit. Angka kematiannya berkisar 40-75 persen," katanya.
Hingga saat ini, kata dia, belum tersedia vaksin untuk mencegah penyebaran penyakit virus Nipah.
Nipah merupakan penyakit emerging zoonotik yang disebabkan oleh virus Nipah yang termasuk ke dalam genus Henipavirus dan famili Paramyxoviridae.
Penyakit ini dapat ditularkan dari hewan, baik hewan liar atau domestik, dengan kelelawar buah yang termasuk ke dalam famili Pteropodidae sebagai inang virus.
Pada 2008, virus Nipah telah dilaporkan sebanyak 700 kasus pada manusia dengan 407 kematian di Malaysia, Singapura, India, Bangladesh, dan Filipina.
Pertengahan 2021, wilayah Kerala di India melaporkan kejadian luar biasa (KLB) virus Nipah setelah menyerang satu anak usia 12 tahun yang menyebabkan kematian.
Pada 12 September 2023, kasus serupa kembali dilaporkan di wilayah Kerala dan hingga 18 September 2023 telah dilaporkan enam kasus konfirmasi dengan dua kematian.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes sampaikan panduan pencegahan virus Nipah