Medan (ANTARA) - Pengamat ekonomi dari Universitas Sumatera Utara (USU) Wahyu Ario Pratomo mengatakan kenaikan harga telur ayam dan daging ayam ras tidak akan membuat inflasi di Sumatera Utara melonjak.
"Kenaikan harga dua komoditas tersebut akan mempengaruhi peningkatan inflasi Sumut, tetapi tidak begitu besar," ujar Wahyu kepada ANTARA di Medan, Rabu.
Menurut pria yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU itu, telur ayam dan daging ayam ras sulit melambungkan inflasi secara mendadak karena merupakan bahan pangan yang bisa digantikan.
Artinya, andai masyarakat tidak mengonsumsi telur dan daging ayam ras karena mahal, mereka dapat menggantinya dengan sumber protein lain.
"Seperti misalnya ikan, tahu atau tempe. Kontribusi dua komoditas tersebut kepada inflasi tidak sebesar cabai merah yang cenderung tidak dapat disubstitusi. Beras juga demikian," tutur Wahyu.
Laki-laki yang menamatkan program masternya di Macquarie University, Australia, itu mencontohkan situasi inflasi Sumut pada Mei 2023 yang sebesar 0,27 persen secara bulanan, 0,37 persen secara "year to date" dan 3,66 persen "year on year".
Secara bulanan, harga daging ayam broiler yang sudah naik cuma berpengaruh 0,17 persen untuk inflasi.