Medan (ANTARA) - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kanwil I secara intensif memantau penurunan harga daging ayam ras di Sumatera Utara.
"Itu menjadi catatan kami karena ada indikasi terjadinya pengurangan produksi dengan kesepakatan antar produsen," ujar Kepala KPPU Kanwil I Ridho Pamungkas kepada ANTARA di Medan, Senin.
Menurut Ridho, semakin rendahnya harga daging ayam ras dapat disebabkan beberapa hal, salah satunya kelebihan persediaan (oversupply) di tengah sedikitnya permintaan.
Di Sumut, pada Senin (27/11), harga rata-rata daging ayam ras Rp29.320 per kilogram, berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional. Pada sepekan terakhir, harga rata-ratanya berada di rentang Rp28.550-Rp29.320 per kilogram.
Harga tersebut lebih rendah daripada harga acuan pemerintah untuk penjualan komoditas itu di konsumen yaitu Rp36.750 per kilogram
Dikatakannya, ketika permintaan rendah, kata dia, idealnya produsen secara mandiri mengurangi bibit ayam "day old chick" mereka.
Namun, Ridho melanjutkan, yang berpeluang terjadi adalah produsen mengurangi (cutting) anakan ayam "day old chick" mereka secara serentak dengan persetujuan bersama.
Hal tersebut, dia melanjutkan, sudah termasuk praktik kartel. Itu bakal membuat, pada momen tertentu, harga bakal naik tinggi.
"Ketika produksi dikurangi, maka perlu diwaspadai saat periode Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 harga daging ayam melonjak," kata Ridho.
Oleh sebab itu, KPPU Kanwil I menyarankan, ketika permintaan menurun dan suplai melimpah, tidak semua daging ayam ras dijual ke pasar tradisional.
Ridho menyebut, kelebihan daging tersebut dapat diserap oleh rumah potong hewan untuk selanjutnya dijadikan daging siap olah yang disimpan dalam pendingin (rantai dingin).
"Sehingga harga stabil pada akhir tahun," tutur dia.
Apa yang disampaikan Ridho Pamungkas sejalan dengan pernyataan ekonom dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin yang juga berpendapat bahwa turunnya harga daging ayam ras di Sumut akibat "oversupply".
Gunawan, yang juga Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut, menyatakan situasi tersebut membuat peternak harus mengurangi belanja atau produksinya.
"Ini dapat memicu kenaikan harga daging ayam secara signifikan menjelang Natal dan Tahun Baru," ujar dia.
.