Medan (ANTARA) - Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara Rudianto Saragih Napitu menjelaskan seekor gajah yang diberi nama Dwiki, mati di lokasi Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC), Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Gajah jantan Dwiki berumur kurang lebih 43 tahun, tidak tertolong lagi dan dinyatakan mati di ANECC, Kabupaten Simalungun, 14 Februari 2023, sekira pukul 06.20 WIB.
"Pada tanggal 18 Desember 2022, dua ekor gajah Dwiki dan Dini dipindahkan dari Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) ke Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC)," ucap Rudianto, dalam keterangan diperoleh, Jumat.
Rudianto menyebutkan pemindahan gajah itu selalu didampingi Tim medis dokter hewan dari Vesswic. Setelah sampai di ANECC dilakukan perawatan intensif dengan diberikan pakan, obat-obatan dan vitamin.
Kemudian, pada tanggal 7 hingga 8 Januari 2023, Tim Medis Vesswic, yaitu drh. Daniel Sianipar dan drh. Munhar melakukan kunjungan ke ANECC untuk melakukan monitoring terhadap kesehatan gajah Dwiki dan Dini.
"Pada saat pemeriksaan kondisi kesehatan gajah Dwiki bahwa ditemukan kondisi luka luar di pipi kanan sudah mulai membaik dan gajah sudah mulai makan serta minum walaupun sedikit," ucapnya.
Ia mengatakan pada Minggu kedua Pebruari 2023, gajah Dwiki mulai mengalami perubahan perilaku yaitu tidak mau makan. Atas kondisi tersebut, pada tanggal 11 Pebruari 2023, dokter Vesswic kembali turun ke ANECC.
Selanjutnya tim vesswic juga dibatu oleh Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik dengan mengirimkan dokter hewan ahli gajah dari Taman Safari Indonesia (TSI), drh. Bongot Huaso Muka dan drh. M. Nanang Tejolaksono, untuk melaksanakan perawatan intensif gajah Dwiki.
"Tindakan yang dilakukan dengan memberikan 100 botol infus, obat-obatan dan vitamin. Namun kondisi gajah Dwiki semakin melemah, akhirnya pada Selasa, 14 Pebruari 2023, pukul 06.20 WIB tidak tertolong lagi dan dinyatakan mati," katanya.
Kepala BBKSDA mengatakan dilakukan nekropsi dengan hasil sesuai dengan penjelasan dokter, gajah Dwiki mengalami infeksi pada gigi kanan bawah sehingga tidak bisa tumbuh secara normal. Hal ini mengakibatkan gigi graham atas yang sehat tidak tumbuh normal, sehingga penampakan gigi menjadi asimetris antara kiri dan kanan, kelainan struktur gigi ini mengakibatkan gajah sulit untuk makan, serta makanan yang masuk berkurang.
"Hal ini berdampak pada lambung, volumenya tidak bisa optimal, hal ini diperparah dengan intosusepsi lambung sehingga berdampak pada malnutrisi dan malabsorsi, dimana tubuh kesulitan menyerap nutrisi dari makanan sehingga terjadi penurunan kesehatan dan berat badan," jelasnya.
Rudianto menambahkan setelah kematian gajah Dwiki, langsung dilakukan tindakan Nekropsi oleh Tim dokter hewan Vesswic, TSI dan BBKSDA Sumatera Utara. Hasil Nekropsi ditemukan luka rahang bagian dalam sehingga gajah tidak mau makan sehingga mengalami kematian. Pada saat Nekropsi dilakukan pengambilan sample bagian tubuh yaitu hati, paru, ginjal, jantung, limpa dan vesica urinaria untuk pemeriksaan Histopatologi di Balai Veteriner Medan guna mendapatkan informasi yang lebih valid terkait kematian gajah Dwiki.
"Selesai Nekropsi bangkai gajah Dwiki pada tanggal 14 Pebruari 2023 dikuburkan di lokasi ANECC, sedangkan gading gajah dipotong untuk disimpan di BBKSDA Sumatera Utara," kata Rudianto.