Kotapinang (ANTARA) - Senyum penuh rasa bangga menghiasi wajah Asni Piliang saat menceritakan anaknya Rio Alfinas Piliang (22) alias Rio Alfayet, difabel runggu yang menjadi manusia sesungguhnya.
Bungsu dari dua bersaudara ini cukup kesohor di Kotapinang. Dengan menyampaikan artikulasi bicara yang kurang jelas. Namun, Rio cukup di terima masyarakat Labuhanbatu Selatan atau Labusel, sebagai pemersatu warga dari para politisi hingga pejabat daerah.
Lahir dari pasangan Sahrial Koto dan Asni Piliang asal Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat, usai menikah pasangan ini meninggalkan kampung halaman dan mencoba peruntungan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Dengan berjualan, kerupuk, kacang, telur puyuh dan es campur kolak dingin, caranya berjualannya-pun masih mengandalkan warga yang melintas di Simpang Kantor Polisi Sektor Kotapinang.
Sejak kecil, Rio tumbuh normal seperti anak-anak lainnya di Kampung Raja. Diantaranya, bisa berkomunikasi khas bocah pada umumnya. Ia juga sempat belajar di Taman Kanak Pasar Pagi, Kotapinang hingga mengenyam pendidikan sampai kelas 4 Sekolah Dasar.
Namun, saat berumur 6,5 tahun semuanya berubah. Rio dinyatakan hilang sekira jam 15:30 WIB ketika bermain di sekitar rumahnya. Ia baru di temukan tiga jam setelahnya atau menjelang malam.
Akibat kejadian tersebut, lelaki yang lahir pada Sabtu 09 Desember 2000 ini mengalami demam tinggi selama 2 pekan dan keadaan itu dianggap hal yang wajar oleh keluarga.
Setelah dinyatakan sembuh dari demam, tiba-tiba Rio mengeluarkan kata yang sulit di mengerti atau menyampaikan ucapan secara verbal dalam artikulasi bicara yang tidak jelas.
Baca juga: Cerita pemudik lokal lolos dari pos penyekatan Riau-Sumut
Keluarga sempat shok hingga membawanya berobat ke Provinsi Riau dan Sumatera Barat. Namun usahanya tidak membuahkan hasil, setelah 10 tahun lamanya berupaya menyembuhkan.
"Saat masih kanak-kanak, Rio bisa berbicara. Tetangga juga tahu Rio pernah ucapkan mau beli kue di warung," ujar Asni mengisahkan masa kecil Rio, kepada ANTARA, Selasa (17/01) di Kotapinang.
Asni sempat bertemu dengan seorang nenek menyampaikan agar menyudahi upaya mengobati Rio dan tabah menghadapi cobaan. "Kamu capek mengobati Rio, nanti Rio pasti membawa rejeki. Ambil saja hikmahnya," kata Asni menirukan ucapan nenek tersebut. Sejak saat itu, Asni menerima keadaan dan merawat Rio dengan baik.
Baca juga: Jejak geng motor di Labuhanbatu
Ketika pindah rumah dari Kampung Raja ke Jalan Amir Hamzah, Kotapinang dari sinilah perjalan hidup Rio.
Di awal masa remajanya sekira umur 20 tahun, ia sering bermain ke tempat peternak lebah bernama Nadri Batubara (43) yang berjarak 100 meter dari rumahnya.
Nadri yang membuka edukasi penangkaran lebah dengan nama Fito Rajo Bee Farm sering melayani tamu yang datang membeli madu ataupun hanya sekedar melihat tempat penangkaran. Tidak terkecuali, Rio datang mendampingi ikut menyosialisasikan dengan gayanya yang bersahabat.
Ia juga sering mempromosikan produk madu itu di media sosial dengan suara khasnya mengucapkan ‘mantabbb dan putusss’ di akhir kata.
Hingga pada 2021 Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan melalui Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) yang di gerakan oleh Muhammad Hasir alias Marhan mengetahui keberadaan pemuda tampan itu dan menempatkan Rio di Dinas Sosial sebagai tenaga kontrak daerah.
Bupati Labuhanbatu Selatan, Edimin alias Asiong juga mengapresiasi gerakan IPSM dengan mengkaryakan disabilitas di segala bidang dan berharap difabel bisa mandiri serta tetap semangat menjalani hidup.
Terkini, dengan keunikannya, Rio bisa mandiri dan sering dibawa dalam acara resmi pemerintah daerah dan swasta. Teranyar, ia juga mengikuti rangkaian acara hari ulang tahun ke-50, PDI Perjungan di Jakarta.
Rio Alfayet, difabel 'pelipur lara' dari Labusel
Selasa, 17 Januari 2023 11:10 WIB 2430