Deli Serdang (ANTARA) - Pengajar dan Aktivis Sosial, Winarsih dalam Webiner Literasi Digital untuk Deli Serdang Selasa, 24 Agustus 2021, Jam 13.00 WIB, menyampaikan materi dengan tema “Peran Orang Tua Dalam memberikan Ajaran Tentang Keamanan Internet Untuk Anak"
Winarsih menjabarkan hal yang harus dilakukan orang dalam mengawasi anaknya bermain internet seperti, membatasi anak untuk menggunakan media sosial, membuat jadwal anak dalam bermedia sosial.
Memberitahu anak untuk menjadi informasi pribadinya, melihat aktivitas anak di media sosial, bangun kecintaan terhadap keluarga, serta rutin memeriksa kesehatan mental dan fisiknya. Pastikan anak mengetahui syarat dan ketentuan dalam bermedia sosial, UU ITE, serta UU KIP.
Baca juga: Mengenal jenis-jenis penipuan di internet
Jika anak mengalami pelecahan seksual di internet atau cyber bullying, ajarkan anak untuk terbuka dan melaporkannya ke orang tua, persiapkan mental anak menghadapi krisis, minta anak untuk membaca aturan penggunaan media sosial secara bijak.
Serta ingatkan anak untuk terus berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Berikan penjelasan pada anak sebaik mungkin sampai anak mengerti maksud dari orang tuanya.
Joddy Caprinata (Founder dan COO of Bicara Project) dalam pemaparannya menjelaskan artificial intelligence atau AI merupakan kecerdasan buatan yang membuat robot dapat berpikir dan mengambil keputusan seperti manusia dan mesin yang dapat membuat serta melakukan tugas seperti manusia.
AI dalam kehidupan sehari-hari, meliputi gawai, media sosial, e-commerce, internet banking, navigasi, dan smart home. Manfaat produk digital, meliputi memudahkan kehidupan manusia dan produk digital sudah diakurasi agar mudah untuk digunakan.
Tingkatkan kemampuan digital, dengan cara mengetahui macam-macam produk digital, menguasai produk digital, dan memanfaatkan produk digital.
Narasumber terakhir Josua Tampuboloh S.TH (C) (mahasiswa). Josua menjelaskan pandemi menyebar begitu cepat dan ini mempengaruhi banyak sektor, seperti kesehatan, sosial, politik, ekonomi maupun agama.
Di sisi lain, penyebaran informasi yang begitu cepat juga menjadi kesempatan sebagian orang untuk menyebar hoaks rumor dan konspirasi.
Penyebaran ini tak lepas dari otoritas yang dimiliki, akhirnya organisasi politik dan otoritas agama mengalami penurunan legitimasi sehingga media baru membuat fragmentasi otoritas.
Namun ada ketimpangan pengetahuan antara pemerintah, ahli kesehatan dan masyarakat sehingga bebas menggunakan media apapun untuk bersuara.
Infodemik ini menantang setiap orang yang berakal sehat untuk memberikan perhatian khusus untuk mengatasi hoax dan konspirasi yang juga menjadi wabah penyesatan.
Infodemik mengarah pada informasi berlebih akan sebuah masalah, sehingga kemunculannya dapat mengganggu usaha pencarian solusi terhadap masalah tersebut. Hal yang perlu dikhawatirkan adalah amplifikasi teori konspirasi melalui media sosial.
Sebab hal ini akan sangat mengganggu hubungan sosial di masyarakat. Maka itu masyarakat perlu mengetahui otonomi teori konspirasi, agar tidak menjadi korban dari teori konspirasi itu sendiri. Menolak infodemik, dengan cara bersikap tegas kepada infodemik, mampu mengambil jarak,