Banda Aceh (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menyatakan seekor gajah sumatra (elephas maximus sumatramus) ditemukan menjadi bangkai di kawasan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur.
Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto di Banda Aceh, Kamis, mengatakan bangkai gajah sumatra tersebut ditemukan dalam keadaan utuh di kawasan perkebunan sawit.
"Belum diketahui penyebab kematian gajah tersebut. Gajah mati tersebut berjenis kelamin jantan, umur diperkirakan empat sampai lima tahun," kata Agus Arianto.
Baca juga: BKSDA: Seekor anak gajah mati di Aceh Timur akibat gangguan pencernaan
Agus Arianto menyebutkan tim dokter hewan BKSDA sudah berangkat menuju lokasi ditemukannya bangkai gajah tersebut untuk selanjutnya melakukan nekropsi untuk mengungkap penyebab kematian satwa dilindungi tersebut.
Baca juga: Gajah betina di Kebun Binatang Medan mati pascasakit
"Kami juga berkoordinasi dengan kepolisian untuk olah TPK yang menjadi lokasi ditemukan bangkai gajah jantan tersebut," kata Agus Arianto menyebutkan.
Sebelumnya, seekor anak gajah juga ditemukan menjadi bangkai di kawasan Peunaroen, Kabupaten Aceh Timur, pada awal April 2020. Bangkai anak gajah tersebut ditemukan di kawasan hutan produksi Dusun Kerung Baung, Gampong Peunaroen Lama, Kecamatan Peunaroen, Aceh Timur.
Kondisi bangkai anak gajah tersebut sudah membusuk. Anak gajah tersebut diperkirakan berumur satu tahun enam bulan. Anak gajah tersebut diperkirakan mati sekitar sebulan lalu.
Tidak ditemukan benda atau tanda mencurigakan di sekitar penemuan bangkai yang menyebabkan kematian anak gajah tersebut. Namun, penyebab kematian anak gajah tersebut belum bisa dipastikan.
Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto menegaskan gajah sumatra merupakan satwa liar yang dilindungi. Berdasarkan data organisasi konservasi alam dunia, IUCN, gajah sumatra hanya ditemukan di Pulau Sumatra. Satwa tersebut masik spesies terancam kritis dan berisiko tinggi untuk punah di alam liar.
Oleh karena itu, BKSDA Aceh mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam khususnya satwa liar gajah sumatra dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitatnya.
"Kerusakan habitat gajah dapat menimbulkan konflik dengan manusia. Konflik ini bisa menimbulkan kerugian ekonomi dan korban jiwa bagi manusia maupun keberlangsungan hidup satwa dilindungi tersebut," kata Agus Arianto.*