Medan (ANTARA) - Gerakan Nasional Anti Narkotika, Sumatera Utara meminta kepada Pemerintah melalui Badan Narkotika Nasional dan Polri agar semakin gencar melaksanakan sosialisasi tentang bahaya narkoba di Desa yang selama ini dianggap rawan.
"Saat ini, Desa dijadikan target oleh sindikat narkoba untuk mengedarakan obat-obat yang sangat sangat berbahaya itu," kata Ketua DPD Gerakan Nasional Anti Narkotika (GRANAT) Sumut, Hamdani Harahaap, di Medan, Senin.
Selain itu, menurut dia, BNN dan Polri juga harus memperkenalkan narkoba jenis baru kepada masyarakat yang tinggal di pedesaan, sehingga mereka terhindar dari barang haram tersebut.
"Melalui kegiatan pengenalan bahaya narkoba tersebut, warga yang tinggal di daerah pedesaan dapat terhindar dari pengaruh narkoba," ujar Hamdani.
Ia berharap kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia dapat semakin berkurang seperti yang diharapkan pemerintah dan masyarakat.
Sepanjang tahun 2015 kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia naik 13 persen dibandingkan tahun 2014 dengan jumlah 40.253 kasus.
"Peningkatan warga sebagai pemakai narkoba tersebut, dikarenakan masih banyaknya penyelundupan narkoba jenis sabu-sabu dari Malaysia ke Indonesia melalui jalur laut dan pulau-pulau terpencil," ucap dia.
Hamdani menyebutkan, barang yang dilarang pemerintah tersebut dibawa melalui kapal kayu oleh anggota penyelundup narkoba, dan sulit dipantau petugas kepolisian.
Di wilayah Provinsi Sumatera Utara (Sumut), sabu-sabu tersebut masuk melalui Pelabuhan Tanjung Balai/Asahan, Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai dan perairan Labuhan Batu.
"Memang selama ini Tanjung Balai/Asahan dikenal sebagai daerah peredaran dan penyeludupan narkoba dari Malaysia," katanya.