Madina (ANTARA) - Perusahaan pembangkit listrik tenaga panas bumi yang beroperasi di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) memperkuat keamanan komunitas di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Sorik Marapi melalui konsep Community Based Security.
Pendekatan ini melibatkan masyarakat sekitar dalam menjaga keamanan dan keberlangsungan proyek, bukan hanya mengandalkan aparat penegak hukum.
General Manager Power Plant SMGP, Ali Sahid dalam keterangannya, Sabtu (20/9) menjelaskan, pendekatan berbasis komunitas ini sejalan dengan inisiatif pemerintah untuk mengedepankan pembangunan sosial yang inklusif.
“Dengan partisipasi nyata masyarakat, tercipta keamanan sosial yang lebih kuat dan hubungan harmonis jangka panjang,” katanya.
Ali menjelaskan, konsep ini dijalankan melalui berbagai inisiatif, di antaranya, melibatkan keamanan desa dalam aktivitas berisiko tinggi seperti pengeboran dan konstruksi, bekerja sama dengan kepolisian untuk mendukung ketahanan pangan, serta menghadirkan akses air bersih bersama TNI.
Dengan keterlibatan tersebut, lahir rasa kepemilikan dan solidaritas warga dalam menjaga keamanan dan keberlangsungan proyek di Wilayah Kerja Panasbumi (WKP).
“Kami ingin masyarakat merasa dihargai, terhubung, dan bangga memiliki proyek ini sebagai bagian dari lingkungan mereka sendiri,” ujar nya.
Di sisi teknis kata Ali Sahid, SMGP juga terus mengembangkan Wilayah Kerja Panas Bumi Sorik Marapi yang mulai dikelola sejak Agustus 2016. Perusahaan ini membangun unit pembangkit secara bertahap, hingga awal 2025 telah beroperasi lima unit dengan kapasitas total 200 MW.
Selain itu, SMGP mengandalkan teknologi Binary Organic Rankine Cycle (ORC) untuk meningkatkan efisiensi termal dan menekan biaya produksi listrik. Namun bagi Ali, pencapaian teknis tersebut tidak akan berarti tanpa dukungan masyarakat.
“Energi panas bumi hanya bisa berkelanjutan jika masyarakat sekitar merasakan manfaatnya dan merasa memiliki,” tegasnya.
