Madina (ANTARA) - Wakil Bupati Mandailing Natal (Wabup Madina), Atika Azmi Utammi Nasution memaparkan sejumlah kendala yang dihadapi pemilik dapur Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) yang ada di sekitaran Kota Panyabungan.
Adapun kendala yang dihadapi secara umum kata Atika adalah kendala pada modal awal pembangunan dapur, verifikasi faktual dan administrasi yang belum lengkap.
"Ini masalahnya yang disampaikan pemilik dapur terkendala pada modal, untuk bangun satu dapur bisa sampai Rp1,5 miliar, itu uang yang banyak," kata Wabup, Atika saat meninjau empat dapur SPPG yang ada di sekitaran kota Panyabungan, Senin, (8/9).
Atas kendala yang dihadapi oleh pemilik dapur itu, Atika pun berharap kepada Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dapat memberikan pinjaman kepada masyarakat yang hendak membangun SPPG sehingga Asta Cita Presiden Prabowo Subianto nomor delapan bisa terwujud secepatnya di kabupaten iti.
Akibat kurangnya modal itu, lanjut wabub telah menyebabkan pengoperasian dapur menjadi terlambat yang berujung pada tidak terpenuhinya hak anak-anak untuk mendapatkan gizi yang baik.
"Kalau untuk operasional, kan, ada di APBN, ini membeli ompreng saja yang harganya Rp50 ribu dikali Rp.3.000 sudah Rp150 juta, harusnya ini yang dibantu Himbara agar program ini berjalan dengan cepat," sebut wabup.
Atika menjelaskan, dari empat dapur yang ditinjaunya hari ini baru satu yang beroperasi, yakni Yayasan Cahaya Semesta Bersama yang melayani 2.456 siswa. Sementara Yayasan Aksi Solidaritas Bersama masih menunggu verifikasi terakhir untuk bisa segera melayani 3.660 siswa. Dapur ini bahkan sudah menerima dana operasional untuk 20 hari kerja.
"Baru dua SPPG yang beroperasi sampai hari ini, pemerintah berharap yang lainnya bisa segera beroperasi, ada hak anak-anak di MBG ini yang harus dipenuhi," sebut dia.
