Medan (ANTARA) - Sultan Deli XIV, Mahmud Lamantjiji Perkasa Alam menganugerahkan Gelar Kebangsawanan kepada tokoh nasional Rahmat Shah di Istana Maimoon, Medan, Sabtu (17/2). Rahmat yang dikenal sebagai filantropis dan konservasionis mendapat gelar Datuk Seri Duta Peduka Raja.
Sultan Deli memberikan anugerah karena Datuk Seri Duta Peduka Raja Dr Rahmat Shah, telah mengambil bagian penting dalam sejarah penyelamatan lingkungan hidup. Rahmat Shah telah menghabiskan waktu, pikiran, tenaga bahkan dana, dan menggerakkan semua elemen masyarakat, semua stake holders dan telah untuk mengambil bagian dari tugas mulia ini.
“Gelar ini disematkan kepada orang yang tepat. Orang yang telah mendedikasikan dirinya sepanjang hayatnya, terutama dalam menjaga kelestarian budaya dan lingkungan hidup. Dr Rahmat Shah adalah duta yang menyuarakan betapa pentingnya menyelamatkan planet bumi beserta makhluk dan plasma nutfah yang ada di dalamnya. Tidak saja lingkungan hayati tapi juga non hayati,” kata Sultan Deli XIV, Mahmud Lamantjiji Perkasa Alam, dalam sambutannya.
Sultan menyebutkan, dalam kaitannya dengan anugerah ini karena keberadaan Kesultanan Deli, yang memiliki perjalanan sejarah sejak empat abad silam, telah mempertahankan keberadaan hutan.
”Tidak semua hutan ditebang untuk membuka lahan-lahan perkebunan besar. Bahkan di dalam wilayah konsesi perkebunan, Sultan Deli memasukkan satu klausule yang penting dalam penyelamatan lingkungan,” kata Sultan Deli.
Keputusan untuk menganugerahkan gelar kebangsawan ini, menurut Sultan Deli, telah melalui pemikiran dan permusyawaratan yang mendalam oleh kerapatan adat Kesultanan Deli, mengingat Kesultanan Deli tidak memiliki tradisi secara berkala menganugerahkan gelar-gelar kebangsawanan tersebut.
“Pertimbangan-pertimbangan utama kami untuk menganugerahkan gelar kebangsawanan ini adalah setelah menyaksikan betapa kerasnya perjuangan Dr Rahmat Shah untuk menyelamatkan lingkungan hidup, bumi tempat semua makhluk hidup bermukim,” ujarnya.
Prof.Dr.H.OK.Saidin, SH.M.Hum Gelar Datuk Seri Amar Lela Cendikia, yang menyampaikan sinopsis sosok Dr Rahmat Shah, menyebutkan Dr Rahmat Shah yang dilahirkan di desa kecil di pinggiran Sungai Bahbolon, Simalungun, Sumut, dari Ayah Gulrang Shah dan Ibu Syarifah dari Batu
Bara, pada 23 Oktober 1950. Rahmat merupakan salah seorang tokoh konservasi alam terkemuka di dunia.
“Rahmat Shah orang Indonesia pertama, peraih penghargaan African Big Five Grand Slam Award, menjelajahi berbagai hutan di Amerika Serikat, Kanada, Selandia Baru, Australia, dan beberapa negara di Afrika. Rahmat Shah juga tokoh yang tercatat dalam Safari Club International Museum di Tucson, Arizona,” kata Prof OK Saidin.
Prestasi internasional lainnya, menurut OK Saidin, Rahmat merupakan penerima The International Conservation Award, Dangerous Game of Africa, World Hunting Award, di Amerika Serikat pada 1995, ditunjuk sebagai Master Measurer untuk Safari Club International, dan tiga kali ditunjuk sebagai Perwakilan Regional Safari Club International untuk Cina dan Jepang.
“Pengabdiannya untuk ilmu pengetahuan antara lain dengan mengalokasikan dananya melalui Rahmat International Wildlife Museum and Gallery, sebuah museum untuk ilmu pengetahuan satu-satunya di Asia,” ujar OK Saidin.
Acara pemberian gelar untuk Dr Rahmat Shah, antara lain dihadiri Pemangku Sultan Deli XIV, Tengku Hamdy Osman Delikhan Al-Haj, gelar Tengku Raja Muda Deli, Datuq Empat Suku : Datuq Syaifi Ichsan gelar Datuq Seri Indera Pahlawan Diraja, Kepala Urung Serbanyaman, Datuq Adil Freddy Haberham, SE gelar Datuq Seri Setia Diraja, Kepala Urung Sepuluh Dua Kuta, Datuq Ahmad Fauzi Moeris Al Haj gelar Datuq Seri Indera Asmara, Kepala Urung Sukapiring, Wan Fachrurozi Muslim Baros gelar Kejeruan Senembah Deli, Kepala Urung Senembah Deli, dan para Sultan.