Medan (ANTARA) - Ekonom dari Universitas Sumatera Utara (USU) Wahyu Ario Pratomo mengatakan, penurunan angka kemiskinan di Sumatera Utara per Maret 2023 merupakan buah dari pertumbuhan ekonomi.
"Ketika kondisi ekonomi membaik, kehidupan masyarakat akan membaik pula. Di situlah angka kemiskinan menurun," ujar Wahyu kepada ANTARA di Medan, Senin.
Pria yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU itu melanjutkan, situasi ekonomi yang positif membuat masyarakat yang sebelumnya tidak bekerja bisa mendapatkan mata pencarian baik sebagai karyawan maupun wiraswasta.
Hal tersebut ditambah lagi beragam sokongan pemerintah untuk masyarakat miskin berupa bantuan sosial.
"Namun, bantuan pemerintah itu bukanlah solusi jangka panjang. Yang terpenting adalah bagaimana pemerintah bisa terus mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Wahyu.
Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mendongkrak ekonomi, kata dia, yaitu dengan menarik investor untuk menanamkan modalnya di Sumut.
Untuk itu, Wahyu menyebut pemerintah setempat mesti memastikan kebijakannya berjalan dengan baik, mulai yang terkait dengan pembangunan fisik misalnya infrastruktur hingga sosial masyarakat termasuk keamanan.
"Pemerintah melalui kebijakannya merangsang investor untuk melakukan penanaman modal. Keterlibatan swasta membuat dampak dari kebijakan pemerintah menjadi besar," tutur dia.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (Sumut) menyatakan tingkat kemiskinan di provinsi beribu kota Medan pada Mei 2023 tercatat 8,15 persen atau menurun 0,18 poin dibandingkan September 2022 yaitu 8,33 persen.
Jumlah penduduk miskin di Sumut pada Maret 2023 adalah 1,24 juta orang atau berkurang 22,4 ribu jiwa sepanjang satu semester mulai September 2022.
Bila disandingkan dengan Maret 2022 atau secara tahunan, jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 turun 28 ribu orang.
Sementara dari sisi pertumbuhan ekonomi, Sumut mengalami peningkatan secara tahunan.
Pada triwulan pertama 2023, ekonomi Sumut tumbuh 4,87 persen bila dibandingkan triwulan pertama 2022.
Kondisi tersebut jauh lebih baik daripada masa pandemi COVID-19 pada tahun 2020, di mana mulai kuartal kedua pertumbuhan ekonomi Sumut selalu negatif secara "year on year".