Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Sejumlah mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) membuat pestisida dengan memanfaatkan limbah tempurung kelapa yang melimpah di Desa Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Limbah tempurung kelapa di Desa Sutojayan, Kabupaten Blitar cukup melimpah. Limbah tempurung kelapa di desa itu bisa mencapai 15 ton per tahun. Namun, sebagian masyarakat hanya memanfaatkannya sebagai kerajinan tangan, bahan bakar gamping, dan sisanya dibuang ke TPA.
"Padahal tempurung kelapa memiliki kandungan lignin, selulosa, hemiselulosa dan sumber karbon yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan pestisida asap cair," kata salah satu perwakilan Tim FTP UB, Wakhidatul Fitriyah di Malang, Jumat (18/9).
.Baca juga: IPB University kembangkan robot penyiram tanaman
Untuk memberikan pemahaman terhadap pembuatan asap cair, Wakhidatul bersama empat temannya Maulana A'inul Yaqin, Bakti Pertiwi Purnama Sari, Yohana Christine Tiurma Manurung, dan Muhammad Usman Sihab, melakukan program sosialisasi dan pelatihan secara bertahap melalui media daring untuk menangani masalah limbah organik, khususnya tempurung kelapa di Desa Sutojayan.
Program pelatihan yang dinamakan LIKE-TOK tersebut, bertujuan memberikan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat dalam produksi asap cair dan produk samping berupa briket untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, program LIKE-TOK dapat menciptakan kelompok tani yang mandiri.
Baca juga: IPB University temukan teknologi pelacak ikan
Dalam sosialisasi tersebut, tim LIKE-TOK memaparkan bagaimana membuat pestisida cair yang dibuat dari tempurung kelapa yang sudah kering.
"Prosesnya dilakukan dengan alat pirolisis. Dengan alat ini akan dilakukan proses pembakaran tempurung kelapa dengan suhu kurang lebih 400 derajat selsius selama 3-6 jam. Setelah proses pembakaran akan terjadi destilasi uap dan terjadi proses kondensasi, sehingga terbentuklah asap cair. Asap cair inilah nanti yang akan digunakan untuk bahan pestisida," kata Wahidatul.
Dia menambahkan program LIKE-TOK akan terus berlanjut dan akan terus dikembangkan untuk mencapai peningkatan kesejahteraan dan mengurangi permasalahan limbah tempurung kelapa di Desa Sutojayan.
"Melalui program ini, LIKE-TOK dapat mengurangi limbah tempurung kelapa sebanyak 98,8 persen setiap bulannya," kata mahasiswa angkatan 2017 tersebut.
Selain bisa mengurangi pencemaran lingkungan, asap cair dari tempurung kelapa bisa memberdayakan dan meningkatkan ekonomi masyarakat Desa Sutojayan dengan penjualan produk pestisida asap cair dan pupuk karbon hingga mencapai Rp5,5 juta per bulan.
Rencana tahapan berikutnya dari program LIKE-TOK, yaitu melakukan penjualan secara daring dengan menggunakan e-commerce untuk menjangkau pasar yang lebih luas, serta bekerja sama dengan toko penjualan bahan pertanian dan dinas pemerintahan terkait.
Mahasiswa Universitas Brawijaya buat pestisida dari tempurung kelapa
Jumat, 18 September 2020 14:37 WIB 1103