Medan (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II-2020 mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar minus 2,37 persen jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019.
"Pandemi COVID-19 mengganggu perekonomian Sumut dan juga nasional, " ujar Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Sumut, Taulina Anggarani di Medan, Rabu.
Baca juga: Polrestabes Medan musnahkan sabu 67 kg
Taulina memaparkan, meski tumbuh minus, namun masih lebih baik dibandingkan nasional yang pertumbuhannya minus 5,32 persen. Dibandingkan triwulan I 2020, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan II minus 4,75 persen.
Ia juga menyebutkan, jika dilihat berdasarkan 10 lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi secara y-o-y dicapai beberapa lapangan usaha seperti informasi dan komunikasi sebesar 5,42 persen. Kemudian, administrasi pemerintahan yang tumbuh sebesar 3,09 persen, dan sektor pertanian yang bertumbuh 1,42 persen.
Baca juga: Peduli wajib belajar 9 tahun, SOL gelar program paket b dan c bagi warga Taput
Sedangkan lapangan usaha lainnya yang terpuruk antara lain transportasi pergudangan yang terpukul cukup dalam hingga minus 20,32 persen, disusul akomodasi dan makan minum yang tumbuh negatif 14,77 persen.
"Jika dilihat berdasarkan sisi pengeluaran, maka perekonomian Sumut hanya tertolong dengan konsumsi pemerintah, walau hanya bertumbuh 1,54 persen," katanya.
Taulina mengungkapkan, belanja pemerintah bertumbuh cukup besar atau 20,52 persen yang didorong besarnya belanja bantuan sosial di tengah pandemi COVID-19.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut, Wiwiek Sisto Widayat, mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang negatif itu sudah diprediksi sejak awal karena dampak COVID-19.
BI, katanya, memprediksi pertumbuhan ekonomi Sumut pada 2020 jauh lebih rendah dari proyeksi sebelumnya atau berada pada kisaran minus 0,4 persen sampai 0 persen secara y-o-y dalam skenario sangat berat.
Pertumbuhan ekonomi dalam skenario yang sangat berat itu dengan asumsi penurunan PDB dunia dan harga komoditas yang jauh lebih dalam dari sebelumnya.