Hal itu berdasarkan hasil uji laboratorium sempel bangkai babi di Medan yang dilakukan oleh Balai Veteriner Medan.
"Saya katakan indikasi karena selama ini tidak pernah ada dan saya katakan sampai saat ini tidak ada serangan virus ASF, tapi kalau indikasi ASF, iya. Beda antara ada dan indikasi ya," kata Kepala Balai Veteriner Medan, Agustia MP, Jumat (8/11).
Baca juga: 4.682 ekor babi mati akibat virus hog cholera di Sumut
Baca juga: Terkait ribuan bangkai babi di sungai, Gubernur Sumut siapkan Pergub
Baca juga: 4.682 ekor babi mati akibat virus hog cholera di Sumut
Baca juga: Terkait ribuan bangkai babi di sungai, Gubernur Sumut siapkan Pergub
Agustia mengungkapkan bahwa untuk membuktikan adanya ASF harus dilakukan uji lab berkali-kali. Karena ), katanya, virus ASF ini belum pernah ada di Indonesia dan belum ada obatnya.
"Virus ini serangannya cepat dan sistemik. Babi yang diserang tidak kelihatan sakit namun bisa tiba-tiba mati. Virus ASF ini masuk ke dalam tubuh dan mematikan organ-organ," jelasnya.
Baca juga: Temuan puluhan bangkai babi, Dinkes Medan belum pastikan dampak bagi kesehatan
Baca juga: Temuan puluhan bangkai babi, Dinkes Medan belum pastikan dampak bagi kesehatan
Baca juga: Temuan puluhan bangkai babi, Dinkes Medan belum pastikan dampak bagi kesehatan
Baca juga: Temuan puluhan bangkai babi, Dinkes Medan belum pastikan dampak bagi kesehatan
Sebelumnya, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara mencatat ada 11 kabupaten/kota yang terkena wabah virus Hog Cholera yaitu Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Samosir.
Dari 11 kabupaten/kota tersebut sebanyak 4.682 ekor babi dilaporkan mati akibat virus ini. Hingga kini, Pemprov Sumut bersama pemerintah daerah berupaya keras untuk menangani masalah tersebut.