Sibolga (ANTARA) - Tidak ada kata terlambat! Itu mungkin kata yang tepat untuk membenahi objek-objek wisata yang ada di Nusantara. Salah satu objek wisata yang sudah dikenal dunia, namun minim perhatian selama ini adalah Danau Toba.
Beruntung di masa kepemimpinan Joko Widodo sebagai Presiden RI, Danau Toba mendapat perhatian khusus dalam program pengembangan wisata Indonesia.
Barang tentu perhatian orang nomor satu di Indonesia ini akan pembenahan Danau Toba disambut positif masyarakat, khususnya warga Sumatera Utara tempat Danau Toba berada.
Kehadiran Presiden Jokowi berkali-kali ke Danau yang memiliki kedalaman ratusan meter itu membawa semangat baru bagi masyarakat Sumatera Utara, khususnya bagi warga yang bermukim di 7 Kabupaten sebagai kawasan Danau Toba.
Kebijakan Pemerintah Pusat untuk mengucurkan dana sebesar Rp2,4 triliun tahun 2020 adalah bukti keseriusan pemerintah membangun wisata Danau Toba. Karena tak dapat dipungkuri lagi, laju kunjungan wisatawan manca negara ke Indonesia sampai bulan Juni 2019 mengalami kenaikan sebesar 15,48% secara bulanan (month to month/mom), sesuai data dari BPS.
Melihat peluang itu, tidak salah Danau Toba dijadikan Bali Baru di Indonesia dengan target 1 juta wisatawan. Berbagai langkah dan upaya sedang dilakukan saat ini, termasuk pembangunan jalan tol dari Tebing Tinggi ke Parapat, guna mempercepat jarak tempuh dari Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara menuju kawasan Danau Toba.
Pembenahan transportasi udara juga semakin dimantapkan. Hal itu dibuktikan dengan dibukanya penerbangan internasional dari Bandara Silangit yang berada di Kecamatan Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara. Disusul dengan pembangunan Bandara Sibisa yang ada di Kecamatan Parapat, Kabupaten Simalungun.
Pemetaan lokasi kunjungan wisata di 7 kabupaten (Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Samosir, Simalungun, Dairi, dan Tanah Karo) yang menjadi kawasan Danau Toba diharapkan mampu memberikan warna wisata tersendiri bagi wisatawan. Karena masing-masing kabupaten memiliki budaya dan ciri khas, serta kuliner yang layak untuk dijual.
Selain ke-7 kabupaten yang menjadi kawasan Danau Toba, ada juga 7 kabupaten/kota yang siap menawarkan keindahan alam bahari sebagai pilihan alternatif bagi wisatawan dari Danau Toba. Barang tentu keberadaan alam bahari itu semakin memanjakan wisatawan untuk memperpanjang masa liburnya di Indonesia khususnya di Sumatera Utara.
Ada pun ke-7 kabupaten/kota yang menawarkan keindahan bahari yaitu Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Selatan, dan Kabupaten Nias Barat yang masih berada di wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Perpaduan antara wisata danau dengan wisata bahari dipastikan menjadi tawaran yang menarik bagi wisatawan dunia. Karena sangat jarang ditemukan ada dua kawasan wisata yang dapat dipadukan dengan keindahan alam yang berbeda.
Gerak cepat Pemerintah Pusat harus didukung oleh masyarakat dan juga para pemangku kebijakan yang ada di negeri ini. Disayangkan masih ada tarik ulur kebijakan serta ego sentris dan ego sektoral yang terjadi di masing-masing kawasan di Danau Toba. Diharapkan Badan Otorita Danau Toba yang sudah dibentuk Pemerintah Pusat mampu mencairkan suasana agar keegoan itu tidak berkelanjutan.
Belum lama ini juga munculnya isu kawasan halal atau kawasan syariah di Danau Toba menjadi kontroversi di kalangan masyarakat dan netizen. Walau pun Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi telah “mematahkan” isu yang tak bertuan itu, namun kontroversi itu masih dibahas sampai saat ini.
Demikian juga dengan pembebasan lahan yang terjadi di Desa Sigapiton Kecamatan Aji Bata, Kabupaten Toba Samosir yang menuai protes dari masyarakat setempat sampai saat ini, dapat berdampak terhadap lambatnya pengembangan kawasan Danau Toba.
Kembali tangan dingin dari Badan Otorita Danau Toba serta pemerintah setempat diuji untuk menenangkan masyarakat. Diharapkan jangan sampai terjadi kekerasan baik itu kepada masyarakat dan juga kepada pemerintah dalam menyelesaikan persoalan itu, karena hal tersebut pasti berdampak terhadap kekondusifan kawasan Danau Toba yang memiliki efek terhadap wisatawan.
Permasalahan-permasalahan di atas harus cepat diselesaikan. Peran serta semua pihak diharapkan untuk memberikan solusi, bukan justru memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Niat tulus Pemerintah Pusat membenahi Danau Toba menjadi destinasi wisata dunia, harus disokong dengan sekuat tenaga.
Selain pengembangan Danau Toba, pemerintah juga telah menyiapkan anggaran sebesar Rp6,4 triliun untuk menyelesaikan pengembangan infrastruktur untuk empat destinasi pariwisata super-prioritas di Indonesia. Targetnya, empat lokasi itu (Danau Toba, Mandalika, Borobudur, dan Labuan Bajo) bakal mendatangkan sebanyak 4,5 juta wisatawan mancanegara.
Hal itu diungkapkan Menteri Pariwisata Arief Yahya baru-baru ini di Jakarta. Dia memperkirakan masing-masing empat destinasi pariwisata bakal dapat Rp1,6 triliun dari budget kementerian dan lembaga.
Arief memproyeksi Danau Toba bakal mendatangkan 1 juta turis asing, Borobudur 2 juta turis asing, Mandalika 1 juta turis asing, serta Labuan Bajo 500 ribu turis asing.
Jika target kedatangan wisman itu terwujud, maka tidak salah pemerintah menargetkan pariwisata sebagai sektor utama ekonomi nasional. Jayalah negeriku damailah bangsaku.