Jakarta, 8/9 (Antara) -Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar menyatakan perguruan tinggi agama, termasuk Buddha, memiliki nilai lebih jika dibanding dengan perguruan lain karena mempunyai kemampuan olah batin.
Para mahasiswanya harus memiliki cara berfikir logis juga punya kemampuan olah batin dan menyentuh hati, kata Nasaruddin Umar ketika memberi sambutan pada pembukaan Mahaniti Loka Dhamma Tingkat Nasional III 2013 di Jakarta, Senin malam.
Perhelatan itu sendiri digelar di Taman Impian Jaya Ancol Jakarta, 7-11 Oktober 2013. Mahaniti Dhamma adalah pertemuan, penampilan kebolehan dan ketangkasan dhamma bagi masyarakat kampus yang bersifat nasional.
Pada acara itu nampak hadir Dirjen Bimas Buddha, A. Joko Wuryanto, Dirjen Bimas Hindu Tri Guna, Staf khusus Menag Budi Setiawan hadir dan para pengurus Wali Umat Buddha Indonesia atau Walubi.
Menurut Wakil Menteri Agama, pertemuan yang diikuti mahasiswa ini bukan sekedar fisik, adu ketangkasan dan logika, tetapi juga mengandung nilai luhur. Alasannya, karena kombinasi kecerdasan dan batin dibangun sedemikian rupa sehingga menghasulkan suatu bentuk kesadaran yang tinggi. Kesadaran di sini dapat dimaknai sebagai kesadaran spiritual yang tinggi.
"Jika kita mengupas kulit bawang, akan terus ditemui kulit dan kulit bagian terdalam. Demikian juga jika bicara alam. Di atas langit masih ada langit," ia mengatakan.
Karena itu, kombinasi logika dan olah batin dengan pendekatan hati pada perguruan tinggi agama -agama apa pun- menjadi ciri tersendiri bagi perguruan tinggi agama, termasuk Perguruan Tinggi Agama Buddha (PTAB).
Dan sebagai mahasiswa yang berkecimpung dalam bidang agama, mestinya --apa pun agamanya-- punya nilai plus. Inilah yang membedakan dengan perguruan tinggi lain, kata Wamenag yang disambut tepuk tangan hadirin.
Krisis moral
Nasaruddin Umar memberi apresiasi terhadap kegiatan positif itu. Sebab, di Tanah Air kini sedang dilanda krisis moral. Untuk itu ia mengajak mahasiswa untuk melihat setiap pekerjaan dengan ¿kacamata¿ sakral dan penghayatan secara komprehensif, dengan pendekatan katamata batin.
Para dosen, dalam menurunkan ilmu pengetahuannya harus dapat dijiwai mahasiswanya. Hal itu bisa dilakukan melalui olah batin, pendekatan hati secara komprehensif. Semua materi pelajaran yang disampaikan harus melalui pendalaman proses pembatinan.
Dengan cara itu proses pembatinan ini dapat mengalir dengan mudah kepada mahasiswa. ¿Di sini tidak ada lagi aku dan dia, tetapi dapat menyatu dalam keindahan¿ ia menegaskan.
Jangan merobek keindahan itu. Kalau ada kekerasan dengan atas nama agama, atas nama reformasi, demokrasi dan menginjak hak oranglain, pasti akan ditolak. Sebab, tatakrama diabaikan. Untuk itu, belajar agama harus komprehensif. Tidak melihat siapa dia dan aku, ia menjelaskan.
Dalam bahasa agama, menurut Nasaruddin Umar, guru atau pun dosen adalah penyambung lidah Tuhan. Mereka adalah manusia pilihan. Dalam konteks kehidupan bernegara yang berpegang pada Pancasila, menuntut ilmu suatu kewajiban. Juga tak ada minoritas dan mayoritas. Seperti makan, jika taka da bumbu penyedap maka akan dirasakan tidak enak.
Kegiatan Mahaniti Loka Dhamma diikuti dari kalangan Perguruan Tinggi Agama Buddha (PTAB) Negeri dan Swasta. Yaitu, dua PTAB Negeri dan 12 PTAB Swasta. Setiap PTAB mengirim satu kontingen terdiri dari 20 orang, termasuk ofisial. Lomba yang disertakan adalah penulisan dan presentasi artikel ilmiah Buddhis, penulisan dan presentasi proposal penelitian, cipta media pembelajaran Buddhis dua dimensi, cipta media pembelajaran Buddhis tiga dimensi.
Termasuk dhammadesana Bahasa Inggris, Bercerita Buddhis dalam Bahasa Indonesia, cipta karya kerajinan dan seni, model pembelajaran berkelompok (sosio drama). Juga pertandingan voli, karawitan dan paduan sastra.
Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha Heru Budi Santoso, mengatakan, perhelatan yang sudah berlangsung setiap tiga tahun itu dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas PTAB, sebagai pemicu kemajuan sekaligus mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. Kegiatan ini juga dipakai sebagai ajang sulaturahmi dari kalangan intelektual Buddhis. Tentu ke depan diharapkan dapat melahirkan pemimpin yang memiliki ahlak mulia. Sehingga PTAB lulusannya dapat menjadi contoh bagi perguruan lain di tanah air.
Selama berlangsung pembukaan, para siswa menampilkan sejumlah tarian Nusantara mulai dari seni Melayu bernuansa Islam, tari saman dari Aceh hingga jenis tarian bernuansa Majapahit yang kental dengan ritual Buddha.
Ribuan mahasiswa yang memenuhi ruang pertemuan utama Puteri Duyung tersebut nampak menikmati suguhan tarian tersebut. (E001)
Wamenag: Perguruan Tinggi Agama Punya Nilai Lebih
Selasa, 8 Oktober 2013 8:43 WIB 1699