Seirampah (ANTARA) - Data akhir korban angin puting beliung di Serdang Bedagai Jumat (23/5/2025) bertambah capai 107 rumah mengalami rusak berat dan ringan.
Plt Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serdang Bedagai Abdul Rahman Purba, ST.M.AP kepada ANTARA Sabtu (24/5/2025) melalui layanan WhatsApp menyampaikan data akhir korban angin puting beliung mencapai 107 rumah.
Korban angin puting beliung di Serdang Bedagai lanjut Abdul Rahman Purba terjadi di empat kecamatan delapan desa. Kecamatan Tanjung Beringin terdapat 10 rumah rusak parah. 8 berada di Desa Tebing Tinggi dan 2 di Desa Pematang Terang serta 50 rumah rusak ringan, dengan total 60 rumah.
Lanjut di Kecamatan Serba Jadi terdapat 15 korban dengan rincian 9 rusak berat dan 6 rusak ringan semua korban berada di Desa Pulao Tagor. Sedangkan di kecamatan Tebing Tinggi korban angin puting terdampak di Desa Paya Mabar dengan korban 1 rumah dan di Desa Sei Priok terdapat 16 rumah dengan kondisi semua atap rumah terbang.
Kecamatan terakhir Sei Bamban terdapat 15 rumah rusak di tiga desa yakni Desa Sei Buluh terdapat 3 rumah rusak, Desa Sei Belutu 1 rumah dan Desa Sei Bamban terdapat 11 rumah dengan kondisi atap rumah terbang.
" Data akhir yang masuk saat ini mencapai 107 rumah rusak berat dan ringan yang terjadi di empat kecamatan delapan desa, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu namun kerugian mencapai ratusan juta, saat ini warga juga terus bergotong royong memperbaiki masing-masing rumah" papar Abdul Rahman Purba.
Kesaksian korban angin puting beliung, diawali awan gelap berbentuk ombak
M Naibaho (50) korban angin puting beliung di Dusun V, Desa Tebing Tinggi, Kecamatan Tanjung Beringin, Serdang Bedagai bercerita, sebelum atap rumahnya dihempas angin ketanah diawali dengan awan gelap bergelombang seperti ombak.
Awan berwarna hitam datang dari barat, dengan cepat dan bergulung-gulung seperti ombak yang hendak menghempas ke bibir pantai. Setelah awan mendekat perkampungan angin bertiup sangat kencang disertai hujan.
Terdengar suara "Krak" dibagian bubungan atap, saat itu pula seng bersama kerangka kuda-kuda bisa terbang hingga menghempas ke jalan, lalu disusul rumah tetangga hingga jalan dipenuhi reruntuhan atap seng.
" Ngeri kali, pas kejadian aku baru saja pulang dari ladang. Tak lama berada di dalam rumah langsung kejadian, aku bersama anak-anak keluar rumah untuk menyelamatkan diri dalu, sedangkan perabotan dibiarkan saja" papar M Naibaho.