Madina (ANTARA) - Semburan air panas yang terjadi di Desa Roburan Dolok, Kecamatan Panyabungan Selatan, Mandailing Natal (Madina) belakangan ini viral di media sosial dan telah menjadi soroton publik.
Fenomena alam yang terjadi di sejumlah titik yang ada di perkebunan warga itu juga dikabarkan telah membuat ratusan pohon karet milik masyarakat mati dan telah membuat warga menjadi cemas.
Bahkan, warga setempat menduga fenomena alam berupa semburan air panas itu terjadi berkaitan dengan aktivitas PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) di desa tersebut pada waktu dulu.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Madina, Khairul ST yang dikonfirmasi ANTARA, Jumat (25/4) menyebutkan, jika pihaknya sudah mendengar informasi yang beredar tersebut dan juga telah melakukan peninjauan turun ke lokasi pada Rabu (23/4) yang lalu.
Khairul menjelaskan, menurut keterangan warga masyarakat yang dijumpai mereka di lokasi, menyebutkan, jika air panas tersebut sudah ada sejak lama.
"Dari informasi yang kita terima dari masyarakat bahwa itu memang sudah ada sejak lama," katanya.
Namun untuk mengetahui lebih lanjut apa penyebab semburan air panas itu secara pasti pihaknya masih menunggu tim geologis dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementrian ESDM (Dirjen EBTKE).
"Untuk informasi yang lebih terinci terkait semburan lumpur air panas itu kita akan bersurat ke Dirjen EBTKE agar menurunkan tim geologisnya untuk memberikan gambaran seperti apa sebenarnya di lokasi sehingga masyarakat tidak resah dengan situasi ini," ujarnya.
Meskipun begitu dengan adanya fenomena ini, Khairul berharap masyarakat agar tidak menimbulkan pemikiran-pemikiran negatif yang bisa memperkeruh situasi.
"Kita meminta masyarakat jangan terlalu berpikir terlalu panjang. Kita tunggu nanti informasi yang lebih terinci dari Dirjen EBTKE," pintanya.
Sementara itu, Communication Manager PT Sorik Marapi Geothermal Power, Agung Iswara dalam keterangan tertulisnya menjelaskan, fenomena semburan air panas yang terjadi di Desa Roburan Dolok mulai banyak beredar di media sosial pada Selasa, (22/4).
Setelah mendapat laporan dan informasi tersebut sebut Agung, PT SMGP bersama Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mandailing Natal melakukan tinjauan lapangan langsung ke lokasi manifestasi yang ditampilkan dalam video tersebut dan hasilnya menunjukkan bahwa titik manifestasi tersebut berada di lokasi lain di Desa Roburan Dolok dan tidak berada di area sumur Pad-E PT SMGP.
Sementara manifestasi yang berada di sekitar area Pad-E merupakan fenomena alamiah yang telah terpantau sejak tahun 2021.
Atas hal itu PT SMGP menegaskan bahwa manifestasi ini tidak memiliki hubungan langsung dengan sumursumur pada Wellpad E.
"Sumur-sumur tersebut telah dibor sejak tahun 2017 dan hingga saat ini belum pernah berhasil mengalirkan uap ataupun fluida panas bumi dengan tekanan kepala sumur O Barg atau tidak bertekanan dan saat ini tidak ada aktivitas produksi, sehingga sumur-sumur tersebut tidak berkaitan dengan fenomena manifestasi yang dilaporkan," katanya.
Manifestasi seperti ini kata Agung merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di wilayah dengan potensi panas bumi, sebagai hasil interaksi antara air tanah dan batuan panas di bawah permukaan. Berbagai manifestasi serupa bahkan telah dikenal masyarakat sekitar sejak lama, jauh sebelum adanya kegiatan eksplorasi oleh PT SMGP.
Dia menyebutkan, lokasi Pad E diketahui sebagai area yang memiliki kecenderungan untuk mengalami pergerakan tanah yang tinggi dan memiliki banyak retakan-retakan. Fenomena pergerakan tanah (soil creep) atau longsor (landsiide) dapat terjadi kapan saja (fault stress release, curah hujan, dll). Fenomena ini dapat memunculkan manifestasi yang baru ke permukaan.
Sebagai Objek Vital Nasional lanjut Agung, PT SMGP berkomitmen terhadap keselamatan dan keberlanjutan dalam setiap aspek operasional kami dengan menjalankan seluruh kegiatan operasional sesuai standar keselamatan dan regulasi yang berlaku.