Madina (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mandailing Natal menyebut para korban yang diduga akibat keracunan gas di tiga desa yang ada sekitar wilayah kerja perusahaan PT Sorik Marapi Geothermal Power sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit.
"Mayoritas korban sudah dizinkan pulang oleh rumah sakit ke rumah masing-masing. Meskipun begitu, masih ada beberapa orang lagi yang masih dirawat," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mandailing Natal, Mukhsin Nasution yang dikonfirmasi ANTARA, Jumat (23/2).
Ia menyampaikan, akibat insiden yang terjadi pada Kamis (22/2) sekitar pukul pukul 19.15 WIB itu, sempat membuat 108 orang warga dari tiga desa yakni Desa Sibanggor Julu, Sibanggor Tonga dan Sibanggor Jae terpaksa harus mendapatkan perawatan di rumah sakit umum daerah Panyabungan dan rumah sakit swasta Permata Madina serta klinik bidan di Desa Huta Tinggi.
Bahkan dalam kejadian itu, sempat membuat 300 kepala keluarga terpaksa mengungsi ke desa-desa tetangga.
"Berdasarkan data per hari ini pukul 15.32 WIB, jumlah korban keracunan berjumlah 108 orang. Dengan rincian, 47 orang dirawat di RSUD Panyabungan, 59 orang di rumah sakit Permata Madina dan di klinik bidan Irma Desa Huta Tinggi dua orang," ujarnya.
Korban lanjut dia, terdiri dari bayi, anak-anak, ibu hamil dan orang dewasa.
Dia menjelaskan, berdasarkan informasi sementara penyebabnya diduga akibat keracunan gas di lokasi pembukaan sumur milik perusahaan PT SMGP.
"Para warga menyebut mengalami muntah-muntah, mual-mual, pusing dan bahkan ada yang pingsan pada saat pembukaan itu," ungkap Mukhsin.
Mengingat banyaknya korban, pihak BPBD Madina lanjut Mukhsin sempat mendirikan dua buah tenda darurat di RSUD Panyabungan.
Selain itu, pemerintah daerah juga membuka posko kesehatan di Desa, Sibanggor Julu, Sibanggor Tonga dan Desa Sibanggor Jae.
Sementara itu, Kepala Teknik Panas Bumi (KPTB) PT SMGP, Ali Sahid melalui siaran persnya yang diterima ANTARA, Jumat (23/2) mengatakan, aktivasi sumur V-01 dimulai pada pukul 11:30 WIB setelah melakukan pre-job safety meeting dilanjutkan dengan penyisiran perimeter aman sejauh 300 meter dari lokasi titik pembukaan.
"Pembukaan dimulai dengan dibukanya katup 3 inchi sebanyak 4 drat atau 20% dengan metode penetralisir H2S (abatement system), semua kegiatan berlangsung di lokasi pad V yang berjarak sekitar 700 m dari titik terdekat Desa Sibanggor Julu,," ujarnya.
Disampaikannya, selama kegiatan, H2S termonitor 0 PPM, baik di lokasi pekerjaan Pad V maupun di sekitar perimeter aman 300m sampai adanya laporan bau menyengat dari masyarakat Sibanggor Julu yang dibuktikan dengan alat deteksi gas H2S.
Kegiatan ini kata Ali turut juga didampingi dan disaksikan langsung oleh KTPB SMGP, Kepala Desa Sibanggor Julu dan 4 Personel Pamobvit di lokasi pad V.
Kegiatan aktivasi segera dihentikan begitu mendengar adanya laporan bau menyengat, dan kepala desa berserta tim CDCR melakukan pemeriksaan di desa dan memberi info indikasi bau sudah tidak ada begitu mereka tiba di desa.