Madinah (ANTARA) - Tim Amirul Hajj meminta jamaah haji untuk berhati-hati dan tidak menganggap remeh batuk dan pilek, saat sudah ada gejala sebaiknya segera memeriksakan diri ke klinik kesehatan.
Hal itu disampaikan anggota Amirul Hajj Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid saat meninjau Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Mekkah, Arab Saudi, Jumat.
"Jamaah haji hati-hati dengan penyakit batuk pilek ya, jangan menganggap itu sepele didiemin saja. Lebih baik ke klinik di kloter masing-masing. Itu kan ada pusat kesehatannya, langsung ke sana minta obat," ujarnya.
Selain itu, kata Alissa, jamaah haji yang menderita penyakit batuk pilek untuk memakai masker agar tidak menularkan penyakit ke jamaah lain.
"Kedua, langsung pakai masker supaya tidak menularkan yang lain. Ketiga, istirahat yang cukup," katanya.
Putri sulung mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini juga mengajak jamaah calon haji untuk fokus pada rukun dan wajib haji.
"Jangan berlebih-lebihan karena ini lagi di Tanah Suci kita maksimalkan, jangan seperti itu. Kepentingannya adalah menyelesaikan rukun haji dan wajib haji dengan sempurna supaya kita tetap sehat," ujarnya.
Dalam kunjungannya ke KKHI, menurut Alissa, Tim Amirul Hajj mengaku senang dan mengapresiasi pelayanan kesehatan berjalan dengan baik.
"Kami sudah lihat beberapa fasilitas, bertemu pasien. Kami senang dan mengapresiasi klinik berjalan dengan baik dan yang paling menyenangkan itu melihat banyak yang kosong. Itu kalau ada tempat tidur kosong, artinya tidak dibutuhkan. Artinya, kesehatan jamaah cukup baik," katanya.
Alissa juga menekankan pentingnya upaya-upaya pencegahan dan mitigasi, karena jamaah calon haji Indonesia pada tahun ini sebagian diantaranya sudah lanjut usia (lansia) tentu dengan risiko tinggi (risti) masalah kesehatan.
Sementara itu Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Kemenkes Arianti Anaya menyambut baik kedatangan Tim Amirul Hajj ke KKHI Makkah.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh Tim Amirul Hajj. Kunjungan ini memberikan semangat kepada kami sebagai tenaga kesehatan yang ditugaskan mengawal jamaah haji," katanya.
Arianti mengaku ada beberapa masalah yang dihadapi layanan kesehatan karena pada tahun ini jumlah jamaah haji cukup besar dengan usia yang tidak dibatasi, ditambah cuaca panas hingga mencapai 40 derajat Celsius.
"Problem yang kami hadapi ini lansia cukup tinggi, tidak ada pendamping. Ini membuat kami kesulitan untuk berkomunikasi. Mereka juga tidak tahu obatnya apa, dasar penyakitnya apa. Ini pula yang menyebabkan cukup tinggi kasus kematian dari jamaah haji," kata Arianti.
Arianti menyebut banyak jamaah haji yang terserang penyakit Inspeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan dapat diselesaikan di klinik kesehatan yang ada di kloter.
"Kami lihat banyaknya jamaah yang sakit itu ISPA. Biasanya bisa di selesaikan di kloter. Kalau yang di KKHI biasanya sudah masuk pneumonia. Kita juga ada 300 pasien di RSAS yang umumnya menderita penyakit jantung," katanya.
Terkait ketersediaan obat-obatan, Arianti mengakui ada beberapa obat yang sampai kehabisan dan tidak menyangka kasusnya cukup besar, terutama batuk, pilek, dan juga demensia.
Tidak hanya obat-obatan, pihaknya juga menyiapkan dokter-dokter spesialis jantung dan paru untuk melayani jamaah haji dan berharap ke depan jamaah yang diberangkatkan telah memenuhi persyaratan.
"Ini menjadi evaluasi kita bersama ke depannya untuk bisa memberangkatkan jamaah haji sudah memenuhi persyaratan, karena kami menemui jamaah baru datang sudah sakit," ucapnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jamaah haji diminta tak anggap remeh penyakit batuk pilek