Tapanuli Selatan (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) Tahun 2022 tertinggi dalam kurun waktu Lima "5" tahun terakhir atau sejak 2018.
Demikian Zainal Arifin, Kepala BPS Tapsel menuangkan pemberitahuan yang ditampung Bupati Tapsel Dolly P.Pasaribu dan yang terima ANTARA, di Sipirok, Jumat (30/12).
Sesuai data BPS mencatat IPM Tapsel yang memiliki 36 kelurahan 212 desa dan 15 kecamatan pada Tahun 2018 di angka 69,1 dan naik 0,65 point di 2019 menjadi 69,75, dan naik lagi 0,37 poin di tahun 2020 menjadi 70,12.
Kenaikan 0,21 poin dari 2020 ke 2021 dari angka 70,12 menjadi 70,33, namun dari 2021 itu pertumbuhan cukup signifikan dari sebelum-sebelumnya yakni 0,59 poin menjadi 70,92 poin di tahun 2022.
Menurut BPS, IPM, indikator penting terkait kondisi sosial ekonomi Tapsel dengan luas wilayah 4.355,35 Kilometer persegi.
"Ini hasil sensus dan survey BPS Tapsel dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan evaluasi serta perencanaan pembangunan Tapsel 2023," tegasnya.
IPM sendiri diperoleh dari sensus dan survey BPS Tapsel serta satu penunjang dari Pemerintah Daerah dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan serta evaluasi dan perencanaan pembangunan Tapsel ke depan.
Indeks pembangunan manusia (Human Development Index) yang sudah merupakan kesepakatan dunia (PBB/UNDP) dalam mengukur keberhasilan pembangunan,
dimana poin 70,00 ke bawah masuk kategori sedang, 70,01-80,00 tinggi, dan 80,01 ke atas kategori sangat tinggi. Artinya mendudukkan IPM Tapsel 2022 ini kategori tinggi.
Bupati Tapsel Dolly P.Pasaribu menyambut baik kedudukan IPM 2022 di angka 70,92 poin tersebut."Bukan untuk berniat membangga-banggakan, akan tetapi indikator ini menjadi pemicu sekaligus pemacu bagi kami agar berupaya lebih keras bekerja dalam membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk)," ujar Dolly.
Sebagaimana diketahui bahwa indikator IPM dapat diukur baik dari sektor kesehatan, pendidikan maupun ekonomi seperti harapan hidup saat lahir, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran per kapita pertahun nya.
Persentase dan jumlah penduduk miskin bergeser
Demikian halnya persentase penduduk miskin. BPS mencatat lima tahun sejak 2018 hingga 2022 juga terus mengalami pergeseran angka, meski tidak begitu signifikan.
Tahun 2018 tercatat angka kemiskinan 9,16 % atau dengan jumlah penduduk 25,63 ribu turun menjadi 24,22 ribu atau menjadi 8,60 % tahun 2019, dan turun lagi di 2020 sebesar 8,47% atau menjadi 23,96 ribu.
Bahkan pada masa puncak pandemi COVID-19 persentase penduduk miskin Tapsel di 2021 tercatat 8,80% atau meningkat berjumlah 25,01 ribu namun menurun menjadi 8,07% atau berjumlah 23,05 ribu.
Artinya lagi-lagi kata BPS dalam kurun waktu lima "5" tahun sejak 2018 hingga 2022 persentase dan jumlah penduduk miskin Tapsel secara bertahap terus mengalami penurunan, dan di 2022 terendah untuk lima tahun terakhir itu.
"Pun demikian kita pemerintah akan terus berupaya memberikan terbaik dan bekerja keras agar visi misi masyarakat Tapsel yang sehat, cerdas, dan sejahtera dapat terwujud dengan harapan persentase kemiskinan juga bisa terus ditekan," kata Dolly.
Selain itu pada garis kemiskinan dalam kebutuhan pengeluaran per kapita per bulan, BPS mencatat untuk lima "5" tahun terakhir atau dari sejak 2018 hingga 2022 terjadi pergeseran angka signifikan.
Tahun 2018 sebesar Rp347.407 bergeser di 2019 sebesar Rp364.798, dan bergeser lagi di 2020 sebesar Rp397.363, tahun 2021 sebesar Rp420.431, dan di 2022 menjadi sebesar Rp445.612.
"Artinya sesuai hasil survei kita bukan asumsi, dimana dalam rata-rata kebutuhan per orang dalam setiap keluarga per bulan nya di masyarakat ada pergeseran membaik," kata BPS.
Kemiskinan memiliki tiga indikator
Tingkat Kemiskinan (P0): proporsi penduduk yang memiliki pengeluaran per kapita di bawah garis kemiskinan.
Kedalaman Kemiskinan (P1): rata-rata selisih pengeluaran per kapita penduduk miskin dengan garis kemiskinan. Semakin tinggi P1 menunjukkan semakin miskinnya penduduk miskin akibat semakin jauhnya pengeluaran per kapita mereka dari garis kemiskinan.
Keparahan Kemiskinan (P2): rata-rata dari kuadrat selisih pengeluaran per kapita penduduk miskin dengan garis kemiskinan.
"Semakin tinggi P2 menunjukkan semakin miskinnya penduduk paling miskin akibat bobot yang lebih tinggi yang diterapkan oleh pengkuadratan selisih pengeluaran per kapita," kata BPS.
Turunnya P0 tidak selalu disertai dengan penurunan P1 dan P2. Itulah mengapa memperhatikan pergerakan P1 dan P2 antar waktu juga diperlukan untuk melakukan analisis apakah turunnya tingkat kemiskinan disertai dengan semakin sejahtera-nya penduduk yang masih miskin, sebutnya.
Untuk indeks ke dalam garis kemiskinan (P1) atau palung Tapanuli Sekatan terjadi fluktuasi dimana 2018 sebesar 1,29%, di 2019 (0,87%), 2020 (0,87%), di 2021 (1,53%) dan turun lagi di 2022 sebesar 0,91%.
Sementara tingkat keparahan garis kemiskinan (P2), kata BPS, juga terjadi pergeseran di 2018 sebesar 0,32%, di 2019 menjadi 0,18%, di 2020 sebesar 0,16%, naik di 2021 menjadi sebesar 0,40%, dan turun jauh di 2022 menjadi 0,14%.
Angka harapan hidup saat lahir (AHH) mencatat kemajuan dimana rata panjang umur setiap individu di Tapsel bertambah. Tahun 2018 angka AHH 64,55 tahun, 2019 (64,82 tahun), 2020 (64,91 tahun), 2021 (64,97 tahun), dan di 2022 naik 66,28 tahun.
Demikian halnya harapan lama sekolah lima tahun terakhir juga semakin membaik, BPS mencatat HLS di 2018 di angka 13,1 tahun, 2019 (13,12 tahun), 2020 (13,24 tahun), 2021 (13,35 tahun), dan bahkan di 2022 naik menjadi 13,37 tahun.
Sedang untuk rata-rata lama sekolah (RLS) sesuai catatan resmi BPS juga mengindikasikan semakin membaik dari tahun ke tahun dimana tahun 2018 di angka 8,7 tahun, 2019 (8,97 tahun), 2020 (9,28 tahun), di 2021 (9,29 tahun), dan naik menjadi angka 9,37 tahun di 2022.
Indikasi sistem keuangan masyarakat Tapsel lima tahun bertambah membaik, kata BPS, tergambar dari pengeluaran riil per kapita masyarakat di tahun 2018 cuma Rp.11,209 juta naik menjadi Rp.11,410 juta di 2019,
Kemudian di 2020 Rp.11,236 juta dan Rp.11,304 juta di 2021 serta meningkat lagi di 2022 senilai Rp11,727 juta.
"Artinya semakin tinggi pengeluaran riil perkapita selama setahun mengindikasikan pola belanja masyarakat semakin pula konsumtif," jelas BPS.
Kenaikan IPM dengan berbagai indikator, kata Bupati Dolly membuktikan bahwa program pembangunan berbagai sektor yang dilaksanakan berjalan dengan harapan ke depan semakin membaik lagi.
"Tentu semua itu bisa tercapai tidak terlepas dari partisipasi semua pemangku kepentingan dalam rangka mewujudkan Tapsel sehat, Tapsel cerdas, dan Tapsel sejahtera," pungkas Dolly.
"Meski garis kemiskinan terus mengalami pergeseran semakin tinggi namun kesejahteraan masyarakat Tapanuli semakin baik jika dilihat dari persentase penduduk miskin," BPS menimpali.