Surabaya (ANTARA) - Manajemen PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) mengatakan operasional 10 unit Container Crane (CC) di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan masih normal setelah sebelumnya dikabarkan terjadi kerusakan.
Corporate Secretary SPTP Widyaswendra dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Senin, mengatakan, dari 10 unit CC yang ada di TPK Belawan seluruhnya masih normal dan dapat digunakan untuk kegiatan bongkar muat peti kemas dari dermaga ke atas kapal maupun sebaliknya.
"Kegiatan di dalam area terminal peti kemas berlangsung normal, tidak ada keterlambatan dalam kegiatan operasional," kata dia.
Widyaswendra mengatakan, tidak ada peti kemas yang gagal muat ke atas kapal dan tidak ada peti kemas yang tertinggal.
"Dengan 10 unit CC tersebut jika dalam kondisi maksimal dapat digunakan untuk melayani kegiatan bongkar muat 5 kapal peti kemas secara bersamaan," kata Widyaswendra.
Selain 10 unit CC, lanjut dia, TPK Belawan juga didukung oleh 22 unit alat jenis Rubber Tyred Gantry (RTG) yang merupakan alat untuk bongkar muat peti kemas di area lapangan penumpukan.
Menurut dia, jumlah tersebut masih sangat cukup untuk menunjang kegiatan operasional terminal peti kemas di TPK Belawan. Lebih lanjut, kata dia, secara operasional yang ideal, 1 unit CC di dermaga membutuhkan dukungan 2 unit RTG di lapangan penumpukan.
"Dengan perbandingan jumlah alat jenis CC dan RTG di TPK Belawan masih ideal. Dari 22 unit RTG ada 1 unit yang saat ini sedang dilakukan pemeliharaan rutin. Namun dari sisi jumlah masih sangat cukup," ujar dia.
Demikian halnya, lanjut dia, dengan proses penerimaan (receiving) dan pengiriman (delivery) peti kemas di TPK Belawan juga tidak ada kendala. Masa penumpukan receiving sudah dibuka sejak 5 hari sebelum jadwal keberangkatan kapal. Pada area lapangan penumpukan juga terdapat alat pendukung seperti Reach Stacker (RS) yang merupakan alat untuk mengangkat dan menumpuk peti kemas.
Widyaswendra mengatakan, jika saat ini perusahaan sudah memiliki saluran suara pelanggan yang dapat diakses oleh para pengguna jasa kapan saja dan dimana saja.
Dia mengatakan pelanggan dapat langsung menyampaikan kepada SPTP jika ada kendala operasional di lapangan. Pelanggan juga dapat menghubungi masing-masing Customer Relations Officer (CRO) yang selama ini telah menjalin komunikasi yang baik dengan para pengguna jasa.
Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi mengatakan, keluhan mengenai keandalan alat bongkar muat peti kemas di pelabuhan merupakan suatu hal yang wajar. Hal itu tak lepas salah satunya dari usia alat yang cukup berumur.
Namun demikian, kata dia, alat yang ada di sejumlah pelabuhan di Indonesia masih tergolong layak untuk mendukung operasional khususnya di terminal peti kemas.
"Kesiapan alat perlu diperhatikan, sehingga perlu adanya rencana pemeliharaan yang terjadwal dengan baik. Terlebih jika berkaitan dengan ketersediaan suku cadang," kata dia.
Lebih lanjut, Siswanto mengapresiasi langkah Pelindo yang melakukan distribusi peralatan bongkar muat peti kemas pascamerger. Menurut dia, hal itu dapat membantu pemenuhan peralatan di pelabuhan atau terminal yang belum didukung dengan alat yang memadai.
Dia berpesan alat yang didistribusikan ke terminal hendaknya merupakan alat yang andal dan siap untuk digunakan mendukung kegiatan operasional di lapangan.