Jakarta (ANTARA) - Juru bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan 95 persen pasien anak dengan gangguan ginjal akut di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) semakin membaik setelah diberikan obat penawar Fomepizole.
"Artinya, efikasi dari penawar ini baik dalam memberikan kesembuhan," kata Mohammad Syahril di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan Indonesia cukup beruntung memperoleh 246 vial Fomepizole yang didatangkan pemerintah dari Singapura, Australia, dan Jepang. Sebagian besar atau 87 persennya adalah donasi gratis.
Kemenkes sudah mendistribusikan obat tersebut kepada 17 rumah sakit di 11 provinsi. "Pertimbangan pemberian Fomepizole karena adanya perbaikan kondisi pasien setelah diberikan terapi pengobatan Fomepizole, ini membuktikan pengobatannya efektif menyembuhkan dan mengurangi perburukan gejala," katanya.
Syahril yang juga Dirut RSPI Sulianti Saroso memastikan tidak ada komersialisasi obat-obatan gangguan ginjal akut. Seluruhnya diberikan gratis untuk menyelamatkan pasien.
"Pemberian obat tersebut tidak dilandasi asumsi, melainkan melalui rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengindikasikan penyebab gagal ginjal karena cemaran Etilen Glikol dan Dietilon Glikol (DEG), kata Syahril.
"Terakhir bisa dilihat angka kasus sejak 18 Oktober 2022 sudah turun, sejak dikeluarkannya Surat Edaran Dirjen Pelayanan Kesehatan yang meminta tenaga kesehatan dan apotek untuk tidak memberikan obat dalam bentuk sirop kepada masyarakat," katanya.
Berdasarkan laporan Kemenkes, per 2 November 2022, di Indonesia ada 325 anak menderita gangguan ginjal akut, sebanyak 178 di antaranya meninggal dunia.
"Terjadi penambahan kasus sebanyak 21 pasien. Kenaikan jumlah kasus karena terlambatnya pelaporan. Sebagian besar adalah kasus bulan Agustus dan September 2022," katanya.
Sementara, untuk usia anak pada kasus gangguan ginjal akut yang ditemukan rata-rata 1 sampai 5 tahun sebanyak 169 orang, usia kurang dari 1 tahun 75 orang, 11 sampai 18 tahun sebanyak 39 orang, dan usia 6 sampai 10 tahun 42 orang.