Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak Konsultan Nefrologi, Cahyani Gita Ambarsari mengatakan gangguan ginjal akut atipikal progresif dapat berdampak jangka panjang pada masa tua.
"Dalam jangka panjang, kalau anak-anak ini berhasil sembuh dari gangguan ginjal akut, dan pada masa akut ini dia mengalami sakit yang berat, maka bisa berisiko fungsi ginjalnya tidak kembali sempurna," ucapnya dalam diskusi mengenai gangguan ginjal akut yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan ginjal dalam tubuh manusia dalam keadaan normal akan bekerja lebih dari 90 mililiter per menit per luas permukaan tubuh, berdasarkan perhitungan tinggi badan dan kreatinin darah. Namun, jika seorang anak mengalami masa fase akut yang sangat berat dan berhasil sembuh, fungsi ginjalnya tidak akan setara normal lagi.
Baca juga: Jubir: Gangguan ginjal akut tidak ada kaitannya dengan vaksin COVID-19
"Mungkin 60-an atau misalnya 30-an itu kan menjadi Chronic Kidney Disease (CKD), artinya penyakit ginjal kronik, berarti anak-anak itu akan tumbuh besar dengan membawa penyakit ginjal kronik. Jadi, ginjalnya ada kerusakan," ucapnya.
Selain itu, jika ada kebocoran protein atau sedikit sel darah merah yang keluar melalui urin, juga bisa menyebabkan gangguan ginjal yang akan berlangsung kronik. "Artinya ada akibat jangka panjang kelainan ginjal pada seumur hidupnya kalau misalnya dia berhasil sembuh," ucap Cahyani.
Ia berharap gangguan ginjal akut ini bisa terdeteksi sesegera mungkin dalam waktu kurang dari 12 jam agar segera mendapat pertolongan.
"Jadi, yang kita inginkan adalah gangguan ginjal akut terdeteksi kurang dari 12 jam, seburuk-buruknya kurang dari 24 jam, sehingga bisa mendapat pertolongan segera, sehingga fungsi ginjalnya bisa pulih sempurna mendekati penuh sampai dia usia tua," ucap dokter dari RS Pondok Indah Bintaro Jaya ini.
Cahyani mengatakan angka kematian kasus gangguan ginjal akut ini cukup tinggi, yaitu di atas 50 persen, sehingga orang tua perlu sangat waspada, apalagi waktu deteksinya yang sangat singkat.
"Enam jam tidak ada produksi urine langsung pergi ke pelayanan kesehatan terdekat atau IGD untuk memperoleh evaluasi dan tatalaksana," ujarnya.
Ia menambahkan produksi urine yang harus diperhatikan adalah enam jam pada siang hari, karena pada malam hari secara natural manusia tidak sering buang air kecil.
Lebih lanjut, ia mengatakan langkah antisipasi yang bisa dilakukan orang tua saat marak kasus gangguan ginjal akut ini perlu mengikuti perkembangan informasi secara cepat, baik dari Kementerian Kesehatan atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengenai obat yang aman dikonsumsi.
"Misalnya, obat paracetamol, mereknya kan banyak. Jadi, pilih yang sudah diuji aman oleh Badan POM, karena yang kita inginkan yang aman bagi anak," ucap Cahyani.
Jika anak sedang sakit, ia mengingatkan jangan langsung konsumsi obat jika demamnya masih berkisar 37,5 derajat ke atas. Batasan pemberian obat paracetamol ketika demam sudah mencapai 38 derajat ke atas.
"Kita kasih minum dan cairan yang banyak saja, pakaikan kaos katun dan longgar, suhu pendingin ruangan sekitar 24 sampai 25 derajat, dan kompres pada area pembuluh darah besar seperti leher, ketiak dan lipatan paha dengan air suhu ruang," ucapnya.