New York (ANTARA) - Wall Street bervariasi pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dengan Indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup lebih tinggi didorong kenaikan saham-saham pertumbuhan besar setelah aksi jual hari sebelumnya karena imbal hasil obligasi Pemerintah AS berkurang.
Indeks S&P 500 menguat 9,81 poin atau 0,25, menjadi menetap di 4.002,05 poin. Indeks Komposit Nasdaq bertambah 114,42 poin atau 0,98 persen, menjadi ditutup di 11.737,67 poin. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 84,96 poin atau 0,26 persen, menjadi berakhir di 32.160,74 poin.
Pada saat yang sama, saham bank jatuh. Imbal hasil acuan obligasi Pemerintah AS 10-tahun jatuh dari tertinggi lebih dari tiga tahun menjadi di bawah 3,0 persen.
Perdagangan hari ini berombak, dengan indeks utama bergerak antara keuntungan dan kerugian karena investor juga gugup menjelang rilis data indeks harga konsumen AS pada Rabu waktu setempat dan data harga produsen pada Kamis (12/5/2022).
Investor akan mencari tanda-tanda bahwa inflasi memuncak.
Kekhawatiran bahwa Federal Reserve (Fed) AS mungkin harus bergerak lebih agresif untuk mengekang inflasi telah mendorong aksi jual baru-baru ini di pasar. Sejumlah kekhawatiran lain telah menambah tekanan.
"Pada titik ini, itu hanya penjualan berbasis ketakutan," kata CEO Longbow Asset Management, Jake Dollarhide, di Tulsa, Oklahoma.
"Tidak bisa hanya Fed menaikkan suku bunga untuk mencegah inflasi, karena kita telah melihat itu sebelumnya," katanya. Sebaliknya, investor khawatir tentang segala hal mulai dari suku bunga dan inflasi hingga perang di Ukraina, masalah rantai pasokan, dan penguncian COVID-19 China," kata Dollarhide.
Saham Apple Inc lebih tinggi dan memberikan dorongan terbesar bagi Indeks S&P 500 dan Nasdaq. Indeks teknologi S&P 500 memimpin kenaikan di antara sektor-sektor di S&P 500.
Investor mencerna komentar dari Presiden The Fed Cleveland Loretta Mester, yang mengatakan ekonomi AS akan mengalami turbulensi dari upaya The Fed untuk menurunkan inflasi yang berjalan lebih dari tiga kali di atas targetnya dan volatilitas baru-baru ini di pasar saham tidak akan menghalangi pembuat kebijakan.