Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan para orang tua memastikan anak-anak mereka mendapatkan asupan protein hewani yang cukup dan terhindar dari penyakit infeksi demi mencegah terkena stunting.
"Yang penting protein hewani, memastikan jangan ada infeksi di bayi sehingga asupan kalori yang masuk tidak keluar untuk pengobatan saja," ujar dia dalam Media Gathering Ramadan Tentang Anak, Selasa.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Asupan protein hewani yang cukup bisa membantu anak mencegah kondisi ini. Sejumlah makanan yang diketahui menjadi sumber protein hewani antara lain telur, susu, ikan, daging ayam dan daging sapi.
Sumber-sumber makanan itu tidak saja mengandung protein, tetapi zat gizi lain yang juga dibutuhkan tubuh anak. Dalam satu butir telur, misalnya, mengandung 75 kalori, 7 gram protein tinggi, zat besi, lemak dan vitamin.
Sementara itu, dalam upaya mencegah anak terkena penyakit infeksi, Budi mengatakan, pemerintah menambahkan jenis vaksinasi terutama diare dan pneumonia, yang menjadi infeksi terbanyak dialami anak.
Di sisi lain, Budi memandang pentingnya pemahaman orang tua khususnya ibu mengenai pemberian nutrisi pada anak-anak mereka. Dalam hal ini, peran tenaga medis dibutuhkan untuk membantu memberikan pengasuhan nutrisi bagi orang tua.
"Untuk bisa melakukan intervensi yang tepat kepada anak, sangat penting bisa mendidik orang tua, pengasuhan nutrisi bagi orang tua. Anak kecil tidak mengerti harus ngapain tapi ibunya harus mengerti," tutur Budi.
Budi meyakini semua orang tua di Indonesia akan melakukan hal sebisa mereka untuk memastikan anak mereka bisa hidup sehat, tumbuh serta berkembang secara baik.
Baca juga: Pola makan bagi pasien sakit maag selama Ramadhan
Lebih lanjut, menurut Budi, bila anak terlanjur terkena stunting, pemerintah telah menyiapkan tatalaksananya, termasuk kapan harus membawa anak ke puskesmas dan rumah sakit.
"Strategi atasi stunting tidak usah kebanyakan program. Protein hewani, beri telur, susu. Kalau sakit kirim ke puskesmas. Dipastikan dokter ada. Kalau anak stunting, kirim ke rumah sakit. Obatnya ada dan dibayarin BPJS," ujar Budi.
Menurut Budi, pemerintah sudah cukup mengeluarkan banyak peraturan dan regulasi, tinggal melihat eksekusi di lapangan. Dalam eksekusi pun, tak lagi dalam bentuk program Kementerian Kesehatan tetapi harus menjadi gerakan masyarakat.
"Untuk menjadi gerakan kita butuh teman-teman (tenaga kesehatan) yang bisa menularkan konsep ke seluruh masyarakat agar mereka melakukan ini sendiri tanpa harus kita dorong, paksa. Kita fasilitasi saja," kata dia.
Budi menambahkan, angka stunting di Indonesia saat ini mencapai 24,4 persen yang berarti 1 dari 4 anak yang lahir terkena stunting. Stunting pada anak bisa memunculkan dampak buruk salah satunya menyebabkan penurunan IQ mereka sebesar 20 persen.