Medan (ANTARA) - PT Toba Pulp Lestari (TPL) menggelar "sekolah kopi" untuk 115 petani yang berada di sekitar wilayah operasional perusahaan guna mendukung usaha petani.
Sekolah kopi digelar November - Desember.Petani kopi yang masuk sekolah itu merupakan masyarakat yang berada di sekitar wilayah sektor dan pabrik," ujar Manager Community Development, Ramida Siringo-ringo di Medan, Selasa (30/11).
Didampingi Community Development Officer, Tasya Sirait, Ramida menyebutkan, pelaksanaan sekolah yang diikuti petani dari berbagai desa digelar di Saribu Dolok, Kabupaten Simalungun dan Kebun Percontohan SSC Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara
Baca juga: PT TPL bangun mushola di Taman Wisata Kera Sibaganding
Sekolah kopi yang digelar TPL dengan menggandeng Starbucks dilakukan untuk mengetahui potensi yang dimiliki para petani yang ada di ring I wilayah operasional perusahaan.
Dengan mengetahui potensinya, maka perusahaan dapat membantu pengembangan petani ke depannya.
Ramida menyebutkan, pelatihan itu akan berlanjut dengan pendampingan dan monitoring para petani.
Selain itu, TPL memberikan bibit kopi, gunting potong dan lainnya untuk mendukung para petani menerapkan ilmu yang diberikan dalam pelatihan.
“Harapannya, para petani dapat menerapkan pengetahuan yang diberikan TPL agar bisa meningkatkan kualitas kopi yang dihasilkan sehingga dapat menjadi 'local champion' dan menjadi contoh bagi petani lainnya,”ujar Ramida.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, luas areal tanaman kopi di sekitar kawasan Danau Toba sekitar 71.955 hektare kopi Arabika dan 19.416 hektare kopi robusta.
"Kalau produktivitas dan kualitas kopi petani bisa ditingkatkan, maka pendapatan petani akan semakin besar,"katanya.
Kepala Agronomi dan General Manager Starbucks Farmer Support Centre Indonesia, Surip Mawardi,menyebutkan, Sumut dan Sumatera memiliki potensi kopi arabika yang
besar khususnya dalam cita rasanya.
Rasanya yang khas itu membuat kopi Sumut dan Sumatera masuk dalam golongan kopi berharga mahal.
"Melalui pelatihan itu, Starbucks ingin petani bisa lebih mendapatkan. keuntungan besar darintanaman kopinya yang diolah dengan baik dan benar,"katanya.
Salah satu peserta pelatihan sekolah kopi, Asbel Purba, mengaku bersyukur terpilih masuk dalam program sekolah kopi TPL itu.
Diakui Asbel, pengelolaan tanaman dan hasil. panen kopi miliknya di Desa Simataniari yang sebanyak 200 pohon itu masih tradisional.
Dengan ikut program sekolah kopi, banyak ilmu yang diperoleh mulai cara menanam kopi yang baik," katanya.