Kuala Lumpur (ANTARA) - Malaysia akan bergabung dalam rencana COVID-19 Vaccine Global Access (Covax) melalui Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) guna mendapatkan pasokan untuk inokulasi terhadap virus corona baru ketika sudah tersedia.
Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi Malaysia (MOSTI), Sabtu, mengatakan Covax dikoordinasikan oleh GAVI, Koalisi untuk Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kementerian tersebut mengatakan pihaknya juga tengah merundingkan syarat untuk menjadi bagian dari CEPI serta tengah berdiskusi dengan China untuk membentuk kesepakatan G to G (government to government) untuk akses vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi di negara Asia Utara tersebut.
Pernyataan itu menambahkan bahwa Kementerian Kesehatan juga telah menandatangani perjanjian non-disclosure dengan beberapa perusahaan farmasi internasional yang sedang dalam uji coba vaksin tahap ketiga.
"Ini untuk memungkinkan pemerintah memasuki negosiasi untuk pasokan vaksin yang dapat disetujui untuk pengobatan COVID-19," tambahnya.
Pendekatan yang diambil oleh Malaysia dengan menjadi bagian dari Covax, menjalin hubungan strategis dengan negara lain dan bernegosiasi langsung dengan perusahaan farmasi akan memastikan bahwa pihaknya dapat memperoleh pasokan yang cukup dari vaksin yang disetujui dengan segera dan dengan harga yang wajar.
MOSTI juga mewakili pemerintah dalam merundingkan kesepakatan yang diperlukan.
Covax adalah platform yang dikembangkan untuk mendukung penelitian, pengembangan, dan pembuatan berbagai macam vaksin COVID-19.
Sistem pengadaan kolektif bertujuan untuk memberikan negara-negara peserta akses yang adil dan merata ke vaksin dengan menggabungkan daya beli ekonomi.
Mereka juga menargetkan untuk memberikan dua miliar dosis vaksin yang aman dan efektif pada akhir 2021, yang akan cukup untuk melindungi komunitas dan garis depan yang rentan.
Pada Jumat lalu Asosiasi Medis Malaysia (MMA) mempertanyakan pemerintah mengapa Malaysia bukan bagian dari Covax, yang telah didaftarkan oleh 170 negara.
Ini mengikuti pernyataan Menteri Kesehatan Malaysia Datuk Seri Dr Adham Baba bahwa Malaysia masih "berkomunikasi" dengan WHO mengenai rencana akses vaksin COVID-19.