Jakarta (ANTARA) - Dalam periode pandemi yang kerap diwarnai dengan pola Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah, sepertinya bukan hal yang aneh bila berbagai pelatihan daring semakin marak di tengah masyarakat.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sendiri juga memiliki e-Jaring yaitu platform pembelajaran pelatihan digital yang merupakan hasil kolaborasi antara Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan dengan Pusat Data, Statistik dan Informasi KKP.
Program e-Jaring itu rencananya bakal menjadi platform yang dapat digunakan Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan di berbagai wilayah Indonesia.
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengapresiasi terwujudnya e-Jaring dan mengingatkan bahwa pada era Revolusi Industri 4.0 sangat dituntut konektivitas berbagai hal di mana dunia digital dan kemajuan teknologi dinilai sangat berperan.
Untuk dapat menghadapi Revolusi Industri 4.0, maka SDM harus memiliki keterampilan yang memadai, kemampuan untuk beradaptasi, dan kemampuan mencegah keamanan teknologi.
"Saat ini kita menghadapi ancaman banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi atau penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin," kata Menteri Edhy.
Dalam menghadapi hal tersebut, lanjutnya, maka KKP secara khusus membangun SDM agar tidak kalah saing, salah satunya dengan melalui program pelatihan digital.
Selain itu, menurut dia, SDM juga harus dipersiapkan bukan hanya untuk Industri 4.0, tetapi dalam menghadapi pula Society 5.0 yang diprediksi terjadi pada masa depan.
Menurut Edhy yang telah meraih gelar doktoral dari Universitas Padjajaran ini, konsep Society 5.0 itu berarti menghubungkan dan menggerakkan segala aspek kehidupan manusia dengan berbasis data.
Dengan demikian, ia mengemukakan bahwa internet ke depannya tidak lagi digunakan sebatas informasi, tetapi untuk menjalani keberlangsungan kehidupan sehari-hari.
Edhy Prabowo berpendapat bahwa bila benar-benar diterapkan, maka Society 5.0 diharapkan bisa meminimalkan kesenjangan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sepenuhnya.
Dengan e-Jaring, maka KKP dinilai telah memiliki perangkat yang selaras untuk mencapai tujuan itu, yaitu pelatihan berbasis daring di mana setiap orang di mana saja dan kapan saja dapat memperoleh pelatihan guna meningkatkan kapasitas terkait sektor kelautan dan perikanan.
Warga yang ingin mengikuti berbagai pelatihan daring yang dipersiapkan KKP, cukup hanya masuk ke laman ejaring.kkp.go.id dan mendaftar di sana.
Berbagai jenis pelatihan yang bisa diperoleh antara lain seperti pembenihan dan pembesaran beberapa jenis ikan, diversifikasi olahan berbagai jenis ikan, hingga bimbingan teknis seperti pembuatan alat tangkap serta perawatan dan perbaikan mesin kapal ikan.
Penyuluh perikanan
Terkait dengan SDM penyuluh perikanan, Menteri Edhy menyatakan bahwa mereka harus menjadi garda terdepan dalam membantu masyarakat kelautan dan perikanan untuk memecahkan masalah serta menghadapi beragam tantangan yang dihadapi sehari-hari.
"Mari kita aktifkan kembali teman-teman penyuluh swadaya yang pada tahun 2012-2013 tercatat berjumlah 11.000 orang. Kita jadikan penyuluh swadaya sebagai kekuatan nasional serta motor penggerak perekonomian para pelaku pelaku utama serta perikanan di Indonesia," kata Kepala Badan Riset dan SDM KKP Sjarief Widjaja.
Ia mengungkapkan berdasarkan data per Juni 2020, KKP memiliki 4.650 orang Penyuluh Perikanan PNS dan PPB (Penyuluh Perikanan Bantu), sehingga dengan adanya penyuluh swadaya diharapkan dapat membantu memperbanyak jumlah penyuluh.
Dengan adanya pendampingan dari penyuluh PNS, penyuluh bantu, serta penyuluh swadaya yang tersebar di seluruh Nusantara, Sjarief berharap transformasi masyarakat kelautan dan perikanan dapat terwujud.
KKP juga telah menggelar banyak sekali pelatihan daring, termasuk lima pelatihan teknis sekaligus dalam sehari sebagai salah satu upaya mendorong pemulihan ekonomi dengan cara meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM masyarakat kelautan dan perikanan.
Ia memaparkan kelima pelatihan tersebut adalah pembuatan fish samosa, iodisasi garam dan pengemasan, mengaplikasikan fiberglass untuk usaha perikanan, pembuatan bubu lipat, serta perawatan/perbaikan sistem pengapian motor tempel.
Sjarief Widjaja mengungkapkan bahwa kelima pelatihan daring yang telah digelar pada 26 Juni itu dibuka secara serentak dan telah melibatkan 3.806 masyarakat kelautan dan perikanan maupun umum.
Pelatihan pembuatan fish samosa diselenggarakan oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Medan dan diikuti 1.209 peserta berbagai profesi yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia.
Sedangkan pelatihan iodisasi garam dan pengemasan dilaksanakan oleh BPPP Banyuwangi dengan 520 peserta. Adapun pelatihan pengaplikasian fiberglass untuk usaha perikanan diadakan oleh BPPP Bitung dan diikuti 545 peserta.
Sementara pelatihan pembuatan bubu lipat dan pelatihan perawatan dan perbaikan sistem pengapian motor tempel masing-masing diselenggarakan oleh BPPP Tegal dan BPPP Ambon dan diikuti 1.220 dan 312 peserta.
Praktis
Sjarief mengatakan pelatihan yang diberikan merupakan pelatihan keterampilan yang bersifat praktis dengan tujuan agar di tengah pandemi, keterampilan dan pengetahuan tersebut dapat diaplikasikan masyarakat untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup.
"Saya tegaskan, pelatihan ini bukan sekadar cara masak atau cara montir. Tetapi bagaimana dengan keterampilan dan pengetahuan ini, Anda bisa mengandalkan hidup dari situ," ujar Sjarief.
Sjarief menyebut setiap pelatihan yang digelar harus lengkap dari proses hulu hingga hilir. Proses hulu yang dimaksud yaitu penyiapan bahan baku.
Menurut Sjarief, peserta pelatihan harus mengetahui apa saja bahan baku yang dibutuhkan, di mana bisa memperolehnya, berapa harganya, hingga bagaimana cara menilai kualitasnya.
Selanjutnya dalam proses pembuatan atau pengolahan diharapkan dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, peserta pelatihan harus cermat menentukan formulasi atau komposisi bahan yang digunakan berikut cermat mengikuti setiap langkah pembuatan.
Dalam proses pengemasan, lanjutnya, produk yang dihasilkan harus dikemas sebaik mungkin. Selain dihadirkan dengan tampilan menarik, produk juga perlu diberi merek dan dilengkapi label yang berisi informasi kandungan, cara penggunaan, dan informasi lainnya yang dibutuhkan konsumen.
Kemudian proses pemasaran. Agar produk yang dihasilkan dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan usaha dapat dijalankan dengan nyaman dan legal, produk hendaknya dilengkapi dengan sertifikat Standar Nasional Indonesia/SNI (khusus produk-produk tertentu yang mensyaratkan SNI), izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), maupun sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Ia juga mengemukakan, penting bagi pelaku usaha melakukan proses analisis usaha untuk mencegah kerugian pada usaha, mengetahui jasa dan produk yang dibutuhkan pasar, dan memetakan minat konsumen terhadap produk atau jasa yang kita tawarkan.
Pakan ikan
Tidak hanya pelatihan teknis, tetapi KKP juga melatih warga dalam hal pembudidayaan seperti cara membuat pakan ikan mandiri guna menyiasati tingginya harga pakan budi daya yang mendominasi beban biaya produksi untuk budidaya perikanan.
Sjarief mengungkapkan bahwa pakan merupakan komponen penting dalam budi daya perikanan, karena sekitar 60-70 persen dari kebutuhan usaha budi daya dialokasikan untuk pakan.
Kendati demikian, masih menurut Sjarief Widjaja, terbatasnya produsen pakan saat ini mengakibatkan tingginya harga pakan di pasar.
Untuk itu KKP mendorong masyarakat untuk membuat pakan mandiri untuk menekan biaya pakan yang dibutuhkan untuk usaha budidaya di sekitarnya.
"Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan" secara daring pada Kamis (11/6) itu tercatat diikuti hingga sebanyak 2.501 peserta dari 33 provinsi di Indonesia hadir mengikuti pelatihan ini, yang datang dari latar belakang profesi yang beragam di antaranya penyuluh perikanan, aparatur negara, mahasiswa, guru, dosen, karyawan swasta, buruh, ibu rumah tangga, pencari kerja, tenaga medis, hingga TNI/Polri.
Melalui pelatihan pembuatan pakan kali ini, Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Tegal selaku fasilitator pelatihan memberikan materi cara pembuatan pakan dari bahan-bahan lokal yang ada di sekitar masyarakat.
Hasilnya pakan yang dihasilkan memiliki beberapa keunggulan, salah satunya yaitu harga yang relatif lebih murah sehingga dibandingkan pembudidaya bisa menghemat biaya pakan hingga 50 persen.
Selain itu pakan mandiri ini juga dinilai memiliki keunggulan dalam kecernaannya yang cukup tinggi, sehingga dengan begitu, waktu pertumbuhan ikan tak jauh berbeda dibanding bila menggunakan pakan produksi pabrik.
Pelatihan kuliner
Dalam hal kuliner KKP melalui Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan juga telah menggelar "Pelatihan Pembuatan Pempek Ikan" secara daring dan gratis kepada 2.501 warga yang turut serta.
Para peserta pelatihan berasal dari 34 provinsi di Indonesia dan berbagai latar belakang pekerjaan. Mulai dari ASN, penyuluh perikanan bantu, ibu rumah tangga, wirausahawan, mahasiswa, karyawan swasta/BUMN, buruh pabrik, guru, dosen, perangkat desa, anggota TNI/Polri, tenaga medis, hingga tenaga kerja baru.
Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan KP Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan pelatihan ini diselenggarakan atas tingginya permintaan masyarakat setelah diselenggarakannya "Pelatihan Pembuatan Kerupuk Amplang" dan "Pelatihan Pembuatan Unagi Donburi" pada 20 Mei 2020 lalu.
Dalam melaksanakan program pelatihan daring, KKP juga bersinergi dengan institusi lainnya, seperti dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dalam rangka menggelar pelatihan pembuatan biskuit rumput laut secara daring ke berbagai wilayah Nusantara.
Pelatih yang berasal dari Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi, mendemonstrasikan proses pembuatan, sementara peserta ikut mempraktikkan dari lokasi masing-masing.
Dirjen Pengembangan Daerah Tertentu (PDTU) Kemendes PDTT, Aisyah Gamawati mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menggiatkan aktivitas ekonomi di tengah pandemi COVID-19 yang sedang melanda.
"Kita harus bisa mencari peluang dan mengatur strategi agar kita tetap produktif sehingga perekonomian rumah tangga tetap dapat dipertahankan," ujar Aisyah.
Aisyah menambahkan untuk dapat berproduksi, beberapa pelaku usaha menghadapi hambatan untuk memperoleh bahan baku, terutama bahan baku impor.
Namun, lanjutnya, banyak sekali bahan baku yang dapat diproduksi di Indonesia sendiri, salah satunya yang berasal dari hasil laut. Dengan laut mencapai 70 persen dari keseluruhan wilayah Indonesia, dapat ditemukan berbagai jenis sumber daya seperti ikan, udang, cumi, garam hingga rumput laut.
Dengan memberdayakan kekayaan laut Nusantara melalui pelatihan daring, maka diharapkan warga juga dapat mendapatkan inspirasi ke depannya dalam rangka mengatasi dampak pandemi terhadap kondisi perekonomian mereka sehari-hari.