Jakarta (ANTARA) - Sejumlah perguruan tinggi Indonesia mengalami kenaikan peringkat dunia dan masuk ke dalam 500 dunia berdasarkan data QS World University Rankings 2021.
Tiga Perguruan Tinggi Negeri (PTN) masuk ke dalam peringkat 500 dunia yakni Universitas Gadjah Mada (UGM) peringkat 254, Universitas Indonesia (UI) peringkat 305 dan Institut Teknologi Bandung (ITB) peringkat 313.
Baca juga: RS USU gelar tes cepat COVID-19 secara gratis
"Alhamdulillah peringkat perguruan tinggi Indonesia naik dalam peringkat QS top university. Apresiasi atas kerja keras dan produktivitas sivitas akademika perguruan tinggi kita. Meski masa pandemi, produktivitas perguruan tinggi terus meningkat," ujar Pelaksana tugas Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Prof Nizam di Jakarta, Rabu.
Peringkat PTN tersebut mengalami peningkatan yakni UGM dari 320 tahun lalu menjadi 254, ITB dari 331 ke 313, IPB dari 601 ke 531, ITS dari 801 ke 751.
Baca juga: UTBK SBMPTN 2020 di USU terapkan protokol kesehatan
"Semoga ke depan terus meningkat dan semakin memberi manfaat untuk masyarakat," harap dia.
Nizam juga mengingatkan bahwa peringkat bukan tujuan tetapi merupakan dampak atau hasil dari peningkatan kinerja dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan berkarya untuk masyarakat luas.
Peringkat yang dicapai perguruan tinggi tersebut diharapkan dapat meningkatkan juga optimisme untuk terus memperbaiki diri dan membuktikan bahwa Indonesia juga bisa berprestasi.
Produktivitas publikasi internasional Indonesia pada saat ini sudah melampaui semua negara ASEAN.
"Kalau tadinya berada di peringkat keempat, sekarang sudah teratas. Hal ini terus kita dorong dan yang sangat penting adalah karya-karya perguruan tinggi hendaknya berorientasi pada solusi untuk bangsa, membangun ketahanan pangan, membangun teknologi merah putih, meningkatkan kesehatan masyarakat, menurunkan stunting, dan berbagai tantangan pembangunan lainnya," jelas dia.
Selama pandemi, lebih dari 1.000 karya inovasi dan penemuan di bidang kesehatan dan alat-alat kesehatan dihasilkan oleh perguruan tinggi bekerja sama dengan lembaga-lembaga penelitian dan industri.
Hal itu terbayangkan sebelumnya, karena kampus mampu membuat sendiri ventilator ICU yang kompleks dalam waktu hanya dua bulan, robot NERS yang bisa mengurangi beban NERS di garda depan penanganan pasien, dan ribuan karya lainnya.
"Kita sudah membuktikan perguruan tinggi, saatnya untuk bangkit membangun kemandirian teknologi, dengan bersinergi dengan industri dan masyarakat," jelas Nizam.
Perguruan tinggi sudah membuktikan bahwa mereka mampu dan saatnya untuk bangkit membangun kemandirian teknologi, dengan bersinergi dengan industri dan masyarakat.
"Hadirnya keberpihakan pemerintah pada pengembangan teknologi Merah Putih, yang kemudian didukung kepedulian dan kemauan masyarakat untuk bangga menggunakan teknologi dan produk dalam negeri," katanya.