Medan (ANTARA) - Stok karet di pabrikan Sumatera Utara (Sumut) semakin menumpuk karena ekspor masih terus tertunda, dengan perkiraan paling cepat dikapalkan pada Juni 2020 sebagai dampak pandemi COVID-19.
"Stok semakin menumpuk karena di tengah ekspor terganggu, produksi bertambah juga karena sebagian pabrik tetap membeli karet petani langganannya," ujar Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah di Medan, Selasa.
Baca juga: Ekspor karet Sumut masih terganggu COVID-19
Baca juga: Sejumlah pabrik karet di Sumut berencana merumahkan karyawan
Diperkirakan stok masih akan menumpuk, karena selain banyak importir menunda impornya, juga permintaan diprediksi belum berjalan normal pascapandemi COVID-19.
Akibat ekspor terganggu, harga jual tren stabil dengan kecenderungan naik atau 1,08 dolar AS per metrik ton.
"Adapun harga karet alam SIR20 dengan kadar kering 100 persen di pabrikan berkisar Rp12.800-Rp13.300 per kg," katanya.
Harga terlihat meningkat mulai untuk pengapalan Juni atau 1,09 dolar AS per kg dan naik terus hingga untuk November 1,17 dolar AS per kg.
"Gapkindo berharap ekspor segera pulih agar kesulitan keuangan perusahaan teratasi," ujarnya.
Akibat ekspor terganggu, sementara pembelian karet ke petani jalan terus untuk diproduksi, keuangan pengusaha terganggu.
Dia menjelaskan pada April, volume ekspor karet sudah turun 25 persen dibandingkan dengan posisi Maret.
"Pada Mei pun diperkirakan ekspor masih melemah karena importir meminta penundaan pengiriman dampak COVID-19," ujar Edy.