Medan (ANTARA) - Ekspor karet alam Sumatera Utara pada Februari 2019 turun 16,61 persen atau tinggal 32.686 ton dibandingkan periode sama 2018 yang sudah sebesar 33.837 ton.
" Dibandingkan Januari 2019, ekspor karet Sumut juga mengalami penurunan 3,84 persen," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Minggu (17/3).
Pada Januari 2018, ekspor karet Sumut sudah sebanyak 33.679 ton.
Edy menyebutkan, turunnya ekspor akibat industri Crumb Rubber sejak Oktober-Desember 2018 mengalami kekurangan pasokan.
Kekurangan pasokan itu sendiri akibat produksi getah petani juga terus menurun dampak banyak warga yang enggan menderes bahkan menebang pohon karetnya menyusul harga jual yang tidak menjanjikan.
Harga karet masih di bawah harga minimal yang diinginkan petani sebesar Rp10.000 per kg.
Kekurangan pasokan bahan baku mengakibatkan produksi pabrik "crumb rubber" juga turun.
"Produksi yang turun menyebabkan
terjadi 'delayshipment' untuk ekspor periode Januari - februari 2019," katanya.
Edy menyebutkan, ekspor diprediksi masih terus turun karena selain pasokan juga masih lemah, ada kebijakan pengurangan ekspor.
Presiden Joko Widodo, ketika di Medan, menegaskan, pemerintah sedang berupaya mendorong harga jual karet dengan antara lain meningkatkan penggunaan produk itu di dalam negeri.
Peningkatan penggunaan di dalam negeri antara lain dilakukan dengan membuat karet menjadi campuran aspal yang akan digunakan di seluruh daerah.