Sibolga (ANTARA) - Kehadiran penulis ternama Ahmad Fuadi di Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah beberapa waktu lalu turut memberikan motivasi kepada wartawan.
Menurut penulis buku best seller “Negeri 5 Menara” itu, wartawan lebih unggul selangkah dalam menulis dibanding penulis pemula, karena sudah terbiasa menulis dan melakukan liputan.
“Kadang-kadang waktu kita habis untuk liputan dan membuat berita, sehingga lupa untuk menulis proyek diri sendiri. Saya merasakan hal itu sewaktu menjadi wartawan di salah satu media Nasional,” ujar Ahmad Fuadi ketika dikonfirmasi ANTARA melalui ponselnya beberapa waktu lalu.
Untuk mengatasi kendala tersebut, kata Ahmad, dibutuhkan konsistensi menulis.
“Kita harus konsisten dalam menulis, minimal satu halaman satu hari untuk proyek diri sendiri. Lama kelamaan akan terlatih otot tangan kita untuk menulis. Jika setiap hari menulis satu halaman, maka satu tahun kita sudah memiliki tulisan 365 halaman. Inilah salah satu langkah agar kita tertarik menulis,” ujarnya.
Untuk langkah yang kedua, lanjutnya, tulislah apa yang disenangi bukan apa yang lagi ngetren. “Tidak harus berhubungan dengan pekerjaan kita, atau materi kuliah. Melainkan apa yang kita senangi dan menggetarkan hati, itulah yang ditulis. Bayangkan untuk satu novel saja, saya butuh waktu sampai 2 tahun menulisnya. Artinya, dibutuhkan konsentrasi waktu,” ungkapnya.
Sedangkan untuk yang terakhir sebutnya, menulislah dengan hati agar kena ke hati, sehingga pembaca dapat merasakan isi dari tulisan itu.
“Sewaktu saya diundang ke University of California sebagai pembicara terkait buku 'Negeri 5 Menara', banyak para mahasiswa yang di sana mengaku menangis membaca buku itu. Seakan-akan mereka ikut merasakan isi tulisan saya. Makanya saya katakan tadi, seorang jurnalis itu sudah memiliki modal dalam menulis karena sudah terlatih di dalam membuat berita, wawancara dan reportase," ujarnya.
Peraih Anugerah Pembaca Indonesia tahun 2010 itu mengungkapkan, banyak penulis handal dari kalangan wartawan, di antaranya, Rosihan Anwar, Martin Alelia, Goenawan Muhammad, Dahlan Iskan, dan masih banyak yang lain.
Untuk itulah pria jebolan S2 dari School of Media and Public Affairs itu mengajak para jurnalis, dan juga masyarakat, minimal menulis buku tentang dirinya sebagai kenangan yang dapat diwariskan kepada keluarga.
“Ada tiga hal menuju kekekalan. Pertama, tanamlah pohon, ketika kita mati pohon tetap tumbuh. Lalu yang kedua, punyalah keturunan untuk meneruskan. Dan yang ketiga buatlah tulisan atau buku,” pesannya.
Sementara itu, kehadiran Ahmad Fuadi ke Sibolga dan Tapanuli Tengah, berkat partisipasi Bank Indoensia Sibolga untuk memberikan motivasi kepada masyarakat kedua daerah sekaligus membedah buku “Negeri 5 Menara”.