Pekanbaru (ANTARA) - Kabut asap tipis akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang belakangan terjadi di sebagian wilayah Provinsi Riau menyelimuti Kota Pekanbaru dan Kota Dumai, Minggu.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Pekanbaru, pada Minggu pagi jarak pandang di kedua kota tersebut memendek menjadi lima kilometer akibat kabut asap.
"Berdasarkan data pengamatan sinoptik pukul 07.00 WIB di Stasiun Meteorologi Bandara Sultan Syarif Kasim II, terdeteksi adanya kekaburan udara akibat smog (kabut asap)," kata Analis BMKG Sanya Gautami.
Kota Pekanbaru pada Minggu pagi berselimut kabut asap. Bau menyengat dari lahan gambut yang terbakar tercium di beberapa areal pinggiran kota seperti wilayah Panam, Pekanbaru.
Stasiun Meteorologi Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru pada Minggu mendeteksi 38 titik panas indikasi kebakaran hutan dan lahan di Riau. Jumlah titik panas itu lebih banyak dibandingkan pada Sabtu (13/7), ketika 35 titik panas terdeteksi di wilayah provinsi itu.
BMKG menyatakan bahwa citra satelit menunjukkan pada pukul 06.00 WIB sebanyak 38 titik panas tersebar di 11 kabupaten/kota di Provinsi Riau.
"Titik panas terbanyak terpantau menyebar di Kabupaten Kabupaten Siak dengan sembilan titik panas, Pelalawan tujuh titik, serta Bengkalis, Rokan Hilir masing-masing enam titik panas," kata Sanya.
Selain itu ada tiga titik panas di Kampar, dua di Rokan Hulu, serta masing-masing satu di Kabupaten Kepulauan Meranti, Kuantan Singingi, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, dan Kota Pekanbaru.
Menurut data BMKG, 20 dari 38 titik panas di Riau merupakan titik api, indikasi kebakaran hutan dan lahan dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen.
Enam titik api tersebar di Siak, Pelalawan dan Rokan Hilir masing-masing punya empat titik api, dua titik api di Rokan Hulu, serta masing-masing satu titik api di Bengkalis, Kampar, Indragiri Hulu dan Pekanbaru.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan 1.500 personel gabungan TNI, Polri, Manggala Agni, hingga tokoh agama dan masyarakat yang tergabung dalam Satuan Tugas Penanggulangan Karhutla dikerahkan ke desa-desa rawan kebakaran hutan dan lahan di Riau.
"Tahun ini Satgas tidur di rumah penduduk. Berada di tengah masyarakat. Termasuk bagaimana mereka melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak membakar lahan. Semua bersatu dan bergabung selesaikan masalah," kata Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo.
Hingga awal Juli 2019, sudah lebih dari 3.300 hektare lahan di Riau yang hangus terbakar. Kebakaran lahan paling banyak terjadi di Kabupaten Bengkalis, dengan luas area lahan dan hutan terbakar 1.435 hektare.
Kebakaran hutan dan lahan juga melanda wilayah Rohil (606,25 hektare), Siak (366 hektare), Dumai (269,75 hektare), Meranti (232,7 hektare), Kabupaten Indragiri Hilir (120 hektare), Pelalawan (95 hektare), Indragiri Hulu (71,5 hektare), Kampar (64,9 hektare), dan Kuansing (lima hektare).
Pemerintah Provinsi Riau mengaktifkan Satgas Karhutla setelah menetapkan status siaga darurat mulai 19 Februari hingga 31 Oktober 2019.
Baca juga: Kebakaran di Aceh Besar hanguskan hutan 8 hektare
Baca juga: Helikopter militer Meksiko kecelakaan, enam orang tewas
Baca juga: Kebakaran hutan di Sudan Selatan, empat desa musnah, 33 tewas