Gunungsitoli, 9/8 (Antarasumut) -Sejumlah pengusaha di Kota Gunungsitoli mengeluh, karena untuk membayar dan mengurus pajak harus ke Kota Madya Sibolga.
Pengusaha Kota Gunungsitoli berharap Kantor Wilayah Sumatera II meningkatkan kantor pelayanan, penyuluhan dan konsultasi perpajakan (KP2KP) Kota Gunungsitoli menjadi kantor Pratama.
Herianto Zega alias Ama Dian, Ketua Asosiasi Pengusaha Kontruksi Indonesia (Aspekindo) Kepulauan Nias yang ditemui di kantor Aspekindo, Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Saombo, Kota Gunungsitoli, Selasa, membenarkan jika untuk membayar, mengurus NPWP, mengurus PKP, nomor seri pajak dan lain sebagainya harus ke Sibolga.
“Untuk mengurus dan membayar semua yang berkaitan dengan pajak, kami pengusaha di Kota Gunungsitoli maupun Kepulauan Nias harus ke Sibolga. Setiap ke Sibolga, kami harus mengeluarkan biaya besar, dan jumlah tersebut akan bertambah jika pengurusan tidak selesai dalam satu hari di kantor Pratama Sibolga,†ungkap Herianto.
Menurut Herianto, Kanwil Sumatera II sudah sepantasnya meningkatkan kantor KP2KP Gunungsitoli menjadi kantor Pratama.
Karena saat ini, Kepulauan Nias terbagi dari 5 Kabupaten/Kota, dan wajib pajaknya sudah mencapai ribuan.
“Kalau terus menerus harus ke Sibolga untuk mengurus dan membayar pajak, bisa bisa wajib pajak di Pulau Nias malas bayar dan mengurus semua yang berkaitan dengan pajak.
Karena untuk ke Sibolga, kita harus naik kapal laut satu malam, dan wajib mengeluarkan biaya makan, penginapan dan lain sebagainya berkisar Rp 2 juta atau lebih jika pengurusan tidak selesai dalam satu hari,†ujar Ketua Aspekindo Kepulauan Nias.
Mengenai sosialisasi tentang pajak, Herianto mengakui jika dia kerap mendengar KP2KP Gunungsitoli melakukan sosialisasi. Tetapi, dia sangat menyayangkan, karena setiap sosialisasi, KP2KP hanya mengundang orang orang tertentu.
“Kami sering mendengar kantor KP2KP melakukan sosialisasi, tetapi kami tak pernah diundang, dan yang diundang hanya orang orang tertentu.
Hari ini saja saya dengar ada sosialisasi oleh KP2KP Gunungsitoli, tetapi saya saja tidak diundang,†beber Herianto dengan kesal.