Medan, 8/1 (ANTARA) - Permintaan terigu di Sumatera Utara dan Aceh tahun ini diprediksi tidak jauh berbeda dengan kondisi 2012 yang tren melemah sebagai dampak krisis global dan tren gaya hidup masyarakat, tetapi manajemen Bogasari tetap optimistis.
"Manajemen tetap menaikkan target penjualan dari realisasi penjualan di 2012, meski ada prakiraan permintaan pada tahun ini tetap tren melemah seperti di 2012,"kata Regional Manager PT Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour Mills Wilayah Sumbagut, Effendi, di Medan, Selasa.
Permintaan terigu yang menurun itu akibat harga karet dan tandan buah segar (TBS) sawit yang tren rendah akibat dampak krisis global sehingga menyebabkan kemampuan daya beli terigu semakin melemah dan termasuk didukung gaya hidurp di tengah masyarakat yang berubah.
Masyarakat, kata dia, dewasa ini lebih mementingkan penampilan diri seperti memiliki telepon genggam atau handphone (HP) baru ketimbang menyediakan panganan beragam di hari besar keagamaan seperti di masa lalu.
"Tidak mungkin juga masyarakat lebih memilih membeli terigu untuk membuat panganan, kalau pendapatan pas-pasan untuk hidup. Jadi wajar saja, permintaan tren menurun," katanya.
Dia menjelaskan, tahun ini, untuk di pasar Sumut, Bogasari menyiapkan penjualan terigu sekitar 9.000an ton per bulan dari tahun lalu yang di kisaran 8.500 ton dan untuk Aceh ada sebanyak 2.200an ton dari 2.000 ton di tahun 2012.
"Bagi manajemen dewasa ini adalah bagaimana tetap mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan mengeluarkan produk yang semakin bermutu dan stok yang memadai untuk kebutuhan ditengah keoptimisan bisa terus menaikkan penjualan,"katanya.
Mengenai harga jual, kata dia, hingga awal tahun ini belum ada perubahan, namun menurut rencana akan naik mengikuti biaya produksi yang meningkat.
Biaya produksi naik dipicu, kenaikan upah pekerja dan tarif dasar listrik yang biasanya juga akan diikuti naiknya tarif angkutan.
Belum lagi terjadinya melemahnya nilai Rupiah atas dolar AS ditengah masih impornya gandum untuk bahan baku terigu, katanya "Besaran kenaikan dan pemberlakuan harga baru belum bisa dipastikan,"katanya.
Anggota DPD RI utusan Sumut, Parlindungan Purba, menyebutkan, pengadaan terigu dengan kualitas bagus untuk masyarakat harus tetap dijaga perusahaan produsen dan pemerintah.
"Kasus beredarnya terigu impor yang mengandung zat berbahaya di tahun 2012 harus tidak boleh terjadi lagi,"katanya.
Parlindungan juga meminta pemerintah untuk mengevaluasi izin impor.
"Kalau memang permintaan tren menurun dan bisa dipenuhi produsen dalam negeri, mengapa mesti ada impor,"katanya.
(T.E016/B/S006/S006) 08-01-2013 21:01:03