Tapanuli Selatan (ANTARA) - Sudah lebih dari sepuluh hari terakhir, kran air di rumah-rumah warga Lingkungan II Pasar Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), tidak lagi mengalir. Kering. Hanya udara yang keluar. Padahal, air adalah kebutuhan paling mendasar.
Di tengah kondisi itu, Isnut Siregar, seorang warga Jalan Bahrum, harus mencari cara agar tetap bisa mandi, mencuci, dan buang air besar.
Setiap pagi ia dan warga lain berbondong-bondong menuju kamar mandi masjid terdekat. Tak jarang, mereka harus antre panjang, bahkan berdesakan dengan tetangga sekampung.
“Kalau malam paling repot. Saat butuh ke kamar mandi, air sama sekali tak ada. Terpaksa menunggu pagi,” ujar Isnut dengan nada kecewa.
Kisah Isnut hanyalah satu dari sekian banyak cerita warga Sipirok yang sedang mengalami krisis air bersih.
Saprianto Pohan, kepala lingkungan II, Pasar Sipirok mengaku keluarganya kini mengandalkan jerigen dan ember untuk menampung air dari masjid.
Sementara Isnut Siregar, bahkan sesekali memilih ke lokasi sumber air panas yang letaknya agak jauh dari rumah.
Bagi warga, air yang selama ini dianggap hal biasa, kini menjadi barang mewah. Sehari tanpa air saja membuat semua aktivitas rumah tangga lumpuh: memasak, mencuci pakaian, hingga membersihkan diri.
PDAM Tirtandai unit Sipirok di Persimpangan
Malintang Harahap, Kepala PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan selaku yang turut mengurus manajemen PDAM Tirtanadi unit Sipirok tidak menampik kondisi itu.
Ia menjelaskan, terbatasnya kapasitas sumber air. Ditambah musim kemarau yang menurunkan debit air, berdampak pasokan menjadi sangat terbatas.
Menurutnya, persoalan air bersih di Sipirok sejatinya lebih kompleks. Saat kemarau, air yang mengalir ke pelanggan justeru kerap terganggu.
"Masalah klasik ini berawal dari keterbatasan sumber. Pasokan utama dari mata air Gunung Sibual-Buali hanya mampu menyumbang 14 liter per detik, sedangkan kebutuhan pelanggan sekitar 22 liter per detik. Kekurangan delapan liter per detik membuat air tidak pernah benar-benar cukup," ujarnya.
Antara Harapan dan Kebutuhan
Rahdian Pakpahan, warga Sipirok lainnya berujar. "Sebenarnya, harapan untuk kebutuhan akan air bersih itu ada."
Beberapa sumber alternatif seperti di Dano Marsabut dan Padang Bujur, dan Sungai Aek Bariba diyakini mampu menambah pasokan air yang berlebih.
"Sayangnya, belum tidak terwujud untuk di realisasi," sebutnya.
Informasi dihimpun pelanggan air bersih di Sipirok tercatat lebih kurang 3.000 dengan seribu lebih calon pelanggan baru. Tetapi dengan kapasitas terbatas, PDAM Tirtanadi unit Sipirok tak mampu melayani semua.
Padahal, sejak pusat pemerintahan Tapanuli Selatan (Tapsel) pindah ke Sipirok, kebutuhan air semakin meningkat seiring pertumbuhan penduduk.
Menanti Solusi Nyata
Bagi warga seperti Isnut Siregar, juga Saprianto Pohan, dan Rahdian Pakpahan air bukan sekadar pelayanan publik. Air adalah kehidupan sehari-hari.
“Kami tidak minta macam-macam, asal air mengalir lancar saja sudah cukup,” katanya mereka lirih kepada Antara.
Kisah warga Sipirok ini menjadi cermin penting: air bersih tak boleh lagi dipandang sebelah mata. Pemerintah daerah bersama PDAM Tirtanadi unit Sipirok harus segera mengambil langkah serius. Menambah sumber, memperbaiki jaringan, sekaligus menjaga kualitas air agar tetap layak konsumsi.
Krisis air di Sipirok adalah alarm. Jika tidak ditangani, yang hilang bukan hanya layanan, melainkan juga kepercayaan warga terhadap pengelola air bersih.
