Rantauprapat (ANTARA) - Kita tidak tau kelanjutannya bagaimana, saat tulisan ini dipublikasikan, dunia sedang menahan nafas, kita sedang hidup di babak sejarah yang baru, apakah ini mendekatkan kita pada kiamat, kita tidak tahu, berdoa saja dulu”.
Saya mengutip kalimat itu potingan akun instagram sejarah paling keren menurut saya, @neohistoria.id dimana saya dibuat merinding dengan kalimat tersebut.
Postingan ini terbit pasca amerika menghancurkan pangkalan nuklir Iran, meski sangat aneh mengingat Trump berkata “is the time for peace” setelah habis memborbardir wilayah kedaulatan orang lain.
Lalu dimana posisi Indonesia sebenarnya? Apakah negara kita tercinta ini Terutama dari sisi ekonomi meniliki dampak langsung?. Sebagai salah satu negara importir minyak dan ikut terintegrasi dalam pasar global, jelas tak mungkin dapat lepas dari gejolak geopolitik.
Konflik di Timur Tengah mulai dari genosida gaza sampai yang paling panas antara Iran dan Israel bisa menjadi pemicu bergoyangnya ekonomi, mulai dari harga minyak melonjak, inflasi meningkat, tekanan pada rupiah, yang pastinya akan menciptakan perubahan konsumsi dalam negeri. Di tengah kekacauan global, bagaimana sebenarnya pengaruhnya bagi ekonomi nasional?
1. Minyak, si biang masalah
Setiap kali ada ketegangan di Timur Tengah, minyak selalu jadi kambing hitam pertama. Kenaikan harga minyak jenis Brent Bagi negara importir neto seperti Indonesia, ini alarm bahaya. Bukan hanya subsidi BBM dan LPG yang melonjak, tapi juga resiko APBN yang jebol, dimana orang indonesia mengkonsumsi 1,6 juta barel perhari.
2. Inflasi: Siapkah Masyarakat Menerima Kenaikan Harga Lagi?
Sampai saat ini BI memang mencatat inflasi terkendali di kisaran 2–3 persen, tapi di lapangan pada beberapa jelas berbeda – beda, inflasi yang cenderung tinggi akan merubah harga kebutuhan masyarakat. Kaum menengah kebawah akan menjadi yang paling menerima dampak.
3. Rupiah: Mata Uang yang Rapuh di Tengah Badai
Rupiah sekarang seperti perahu kecil di samudera yang bergelombang. Setiap kali isu perang memanas, rupiah melemah terhadap dolar AS—bahkan menyentuh Rp16.700 beberapa waktu lalu
4. Logistik global Tidak Lagi Mudah Dijangkau
Iran siap menutup Selat Hormuz, Dimana kita ketahui bahwa Selat Hormuz bukan hanya sekadar jalur laut sempit di Timur Tengah, Selat ini adalah urat nadi utama perdagangan energi dunia. Setiap harinya, jutaan barel minyak melewati perairan ini dari negara-negara Teluk ke seluruh penjuru dunia. Bagi Indonesia, ekspor ke Timur Tengah dan Eropa ikut terganggu karena pengiriman butuh waktu lebih lama dan biaya membengkak.
Meski secara aktual selat holmuz tidak mungkin ditutup, tapi sekat holmuz dapat dibuat menjadi berbahaya.
Saya percaya bahwa dampak perang Timur Tengah ini bukan sesuatu yang bisa diabaikan. Dari BBM sampai dompet rakyat, dari APBN sampai kantong konsumen, efeknya menetes ke semua lini. Pemerintah, BI, pelaku usaha, dan masyarakat harus sama-sama waspada dan siap untujk kemungkinan terburuk.
Perang di Timur Tengah barangkali terasa jauh di peta, tetapi denyut dampaknya terasa hingga ke dapur-dapur keluarga Indonesia. Bagi saya, ini adalah peringatan keras bahwa ketergantungan kita terhadap energi impor harus segera kita kurangi ,Tidak ada waktu lagi untuk menunda.
Saatnya kita jadi bangsa yang mandiri.
Penulis adalah : Ade Yusuf Ritonga, Pegawai KPPN Rantau Prapat