Medan (ANTARA) - Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Surya mengajak para kepala daerah meningkatkan produksi pangan lokal untuk kemandirian pangan.
"Sesuai arahan Bapak Gubernur Sumut Bobby Nasution, maka pemerintah provinsi mendorong peningkatan produksi komoditas utama, seperti beras, hortikultura dan sayuran," kata Surya di Medan, Kamis.
Wagub menyebutkan, sektor pangan menjadi sangat penting sebagai kebutuhan dasar maupun stabilitas harga yang berdampak kesejahteraan masyarakat Sumut.
Dia mengatakan, wilayah Sumatera dikenal memiliki potensi surplus neraca pangan, namun tantangan distribusi dan kesenjangan antarwilayah masih perlu ditangani bersama.
"Di sisi lain, masih adanya komoditas pangan bergantung kepada pasokan dari luar, terutama Jawa. Oleh karena itu, peningkatan pangan lokal menjadi sangat penting," tegasnya.
Wagub juga mengatakan, tim pengendalian inflasi daerah (TPID) Sumut secara konsisten mendorong peningkatan produksi pangan lokal.
Termasuk harga dan ketersediaan pasokan agar tetap terjangkau dengan tetap memperhatikan kesejahteraan petani, kemudian tanam jagung serentak, tanam dan panen padi serentak.
"Kami sampaikan, realisasi inflasi Sumut pada Maret 2025 sebesar 0,68 persen (month to month) atau lebih rendah inflasi nasional mencapai 1,65 persen," tutur dia.
Secara tahunan, lanjut Surya, inflasi Sumut menjadi 0,69 persen (year on year), dan secara kumulatif dari Januari - Maret sebesar 0,11 persen (year to date).
"Ini menunjukkan upaya pengendalian inflasi di Sumut memasuki tren positif," kata Wagub Surya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumut Rudy B Hutabarat menyampaikan, bahwa inflasi di wilayah Sumatera 2024 secara umum menurun.
Ini, jelas dia, dipengaruhi terkendalinya komoditas kelompok makanan, khususya beras menyumbang penurunan inflasi seiring bertambahnya luas lahan panen dan dukungan irigasi pascabencana.
Khusus Sumut, pihaknya menjelaskan, beberapa isu strategis menjadi kunci mendukung peningkatan produktivitas pangan, di antaranya infrastruktur, dan penyaluran pupuk bersubsidi.
"Termasuk inovasi teknologi, penelitian sejumah kampus di Sumut, pengolahan produk turunan, dan penguatan kelompok tani di daerah," tutur Rudy.