Jakarta (ANTARA) - Penasihat Center of Sharia Economic Development (CSED) Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Hakam Naja menilai keberadaan bank emas (bullion bank) bisa menjadi pendorong pertumbuhan perbankan syariah.
"Ke depan, saya kira ini harus semakin banyak perbankan syariah memanfaatkan bank bullion, karena ini bisa terjadi pendorong pertumbuhan perbankan syariah dan pertumbuhan ekonomi karena betul-betul dari hulu ke hilir. Kita melakukan hilirisasi untuk emas yang ada di kita, dan perbankan kemudian tidak hanya menjadikan ini sebagai simpanan saja, tapi sudah masuk ke neraca," ujarnya dalam diskusi Outlook Ekonomi Syariah 2025 yang dikutip di Jakarta, Sabtu.
Bank emas merupakan lembaga yang bisa melayani kegiatan usaha perbankan dengan instrumen logam mulia.
Beberapa perusahaan yang telah menjalankan fungsi sebagai bullion bank adalah PT Pegadaian (Persero), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk), dan PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk.
Dengan adanya bank emas, ekosistem emas disebut akan terintegrasi dari hulu ke hilir untuk kebutuhan berbasis emas, mulai dari simpanan, titipan, pembiayaan, investasi, hingga perdagangan dan kegiatan lainnya.
"Saya kira (bullion bank) bisa menjadi salah satu pintu keluar terhadap mandeknya perbankan syariah karena orang-orang yang selama ini menyimpan uang di bawah bantal, di bawah kasur, orang yang suka menyimpan emas ini sekarang bisa memanfaatkan bullion bank," ucap Hakam.
Selama ini, lanjutnya, emas Indonesia hanya mendapatkan biaya pengolahan industri (cost of manufacturing) karena bullion banknya ada di Singapura.
"Kita hanya menjadi tukang jahit saja. Diserahkan kemana itu jahitannya? Ke Singapura, karena bullion bank-nya ada di Singapura yang paling dekat dan bahkan Singapura pada masa puncak perdagangan itu pernah mengimpor 400 ton emas, padahal produksi Indonesia itu kurang dari 100 ton, makanya memang 95 persen itu mereka (Singapura) impor dari luar, (yakni) Indonesia, Malaysia, China. Singapura sudah menjadi pemain di emas ini dari tahun 60-an dan kemudian membentuk Singapura Bullion Market Association pada 1993. Ini memang menjadi strategi yang luar biasa karena sebuah negara kecil bisa memainkan peran sentral menjadi pemain di tingkat global pusatnya di Asia untuk bank emas," ungkap dia.
Indonesia akan segera memiliki bank emas usai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 17 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Bullion diterbitkan.
Data Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM mencatat tingkat produksi emas di tanah air pada 2023 mencapai 83 ton atau lebih rendah dari target 106 ton. Namun, capaian ini menjadikan Indonesia penghasil emas terbesar ke-6 di dunia.
"Jadi, masa depan kita adalah bullion bank. Kita produksi tahun kemarin hanya 83 ton dari target 106 ton. Kendatipun begitu, kita menjadi penghasil emas terbesar nomor 6 di dunia," kata Hakam.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peneliti: Bank emas bisa dorong pertumbuhan perbankan syariah