Bengaluru (ANTARA) - Harga emas turun di perdagangan Asia pada Rabu pagi, mundur dari angka kunci 1.800 dolar AS, karena menguatnya dolar AS dan imbal hasil obligasi yang meningkat merusak daya tarik safe-haven emas menjelang pertemuan beberapa bank sentral utama.
Di pasar spot, harga emas melemah 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 1.788,66 dolar AS per ounce pada pukul 01.57 GMT. Harga emas berjangka AS juga merosot 0,2 persen, menjadi diperdagangkan pada 1.790,60 dolar AS per ounce.
Logam mulia reli ke level tertinggi lebih dari satu bulan akhir pekan lalu, tetapi telah mundur 1,2 persen dari level tersebut.
Imbal hasil obligasi obligasi pemerintah AS 10-tahun menguat, meningkatkan peluang kerugian memegang emas tanpa suku bunga.
Sementara itu, dolar juga stabil mendekati level tertinggi satu minggu di sesi sebelumnya, membuat emas kurang menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Para pelaku pasar sekarang menunggu pertemuan Bank Sentral Jepang (BoJ) dan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (28/20/2021).
BoJ akan mempertahankan program stimulus besar-besaran pada Kamis (28/20/2021) dan memangkas perkiraan inflasi tahun ini sebagai tanda bahwa bank tidak memiliki niat untuk mengikuti bank sentral lain yang mengincar keluar dari kebijakan mode krisis.
Emas sering dianggap sebagai lindung nilai inflasi, meskipun pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, yang diterjemahkan menjadi peluang kerugian yang lebih tinggi untuk memegang emas.
Kepercayaan konsumen AS secara tak terduga naik pada Oktober karena kekhawatiran tentang inflasi yang tinggi diimbangi oleh prospek pasar tenaga kerja yang lebih baik, menunjukkan pertumbuhan ekonomi meningkat setelah kuartal ketiga yang bergejolak.
Impor emas bersih China melalui Hong Kong melonjak hampir 60 persen pada September ke level tertinggi dalam lima bulan, data dari Departemen Sensus dan Statistik Hong Kong menunjukkan.