"Lalu pengairan juga penting. Irigasi dan tali air yang rusak dapat menghambat produksi padi. Intinya, paling tidak kita memiliki cadangan air saat hujan tidak turun dalam waktu lama," ujar Wahyu.
Terakhir, dia pun menyarankan pemerintah untuk menggaungkan lagi konsumsi pangan alternatif selain beras. Apalagi daerah-daerah seperti Papua memiliki makanan asli misalnya sagu.
"Akan tetapi mengubah perilaku masyarakat itu membutuhkan tidak bisa sebentar. Meski demikian, paling tidak momen El Nino seperti ini pemerintah perlu mempublikasikan mengenai pangan alternatif ini," kata Wahyu.
Fenomena El Nino membuat kekeringan di sebagian wilayah Indonesia termasuk lumbung padi di Pulau Jawa, sebagian Sumatera dan Sulawesi Selatan. Kondisi tersebut membuat harga beras naik pada beberapa minggu terakhir.
Berdasarkan catatan Badan Pangan Nasional, harga rata-rata beras medium di Indonesia pada Jumat (20/10) adalah Rp13.210 per kilogram masih di atas harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp10.900-Rp11.800 per kilogram.
Sementara, pada hari yang sama, harga rata-rata beras premium nasional Rp14.980 per kilogram, juga lebih tinggi dari HET yakni Rp12.900-Rp14.800 per kilogram.
Adapun di Sumatera Utara, harga rata-rata beras medium ada di Rp13.500 per kilogram (HET Rp11.500 per kilogram) dan beras premium Rp14.500 per kilogram (HET Rp14.400 per kilogram).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ekonom USU minta pemerintah antisipasi dampak El Nino di masa depan