Abon hasil olahan Fitri juga dilirik oleh beberapa pasar swalayan di Medan. Setidak-tidaknya, abon ayam itu sudah diniagakan di tiga pasar swalayan besar di Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara.
Digitalisasi membawa banyak hal positif untuk Fitri. Akan tetapi, dia belum puas. Ada mimpi yang ingin sekali diwujudkannya yakni dapat mengekspor produk abonnya. Dia menyadari hal tersebut hanya dapat diwujudkan dengan ekosistem digital yang memadai.
"Saya berharap sekali abon ini dapat diekspor. Suatu saat saya juga ingin membuat sentra industri abon sehat se-Sumatera," tuturnya.
Apa yang dilalui Fitri mirip dengan perjalanan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Medan, Achrina, yang memproduksi beberapa jenis camilan seperti keripik tempe, kue bawang dan stik keju.
Achrina merasakan betul bagaimana digitalisasi mengubah arus penjualan produknya. Dari hanya memiliki pelanggan di sekitar rumah, kini dia dapat mengirimkan produknya ke berbagai tempat bahkan sampai ke Jakarta.
Dia mempromosikan camilan-camilannya di media sosial, aplikasi kurir makanan daring (GoFood dan Grab Food) dan menerima pembayaran QRIS jika transaksi dilakukan secara luring.