"Yang lebih mengkhawatirkan, pengrajin menggunakan kayu yang ditebang dari pohon-pohon produktif yang ada di sekitar tempat produksi. Cara itu berisiko merusak lingkungan," ujar Suharto yang didampingi Kepala Seksi Corporate Secretary PT Bank Mestika Dharma, Tbk Doris Thianne.
Sebagai salah satu perusahaan perbankan yang memiliki reputasi baik dan telah berstatus perusahaan terbuka, katanya, Bank Mestika sangat peduli dengan kelestarian lingkungan, ketahanan dan keberlanjutan ekonomi para pelaku usaha mikro dan kecil.
Selain pentingnya untuk mencari solusi bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan, Suharto menilai perlu difikirkan juga untuk membuat "rumah produksi/rumah memasak" gula aren bersama dengan lokasi yang tidak jauh dari rumah/kebun aren para petani agar biaya produksi lebih efisien.
Pemasaran yang belum bisa meluas dengan kemasan yang masih sangat sederhana itu juga harus menjadi perhatian.
Untuk itu, katanya, perlu "duduk sama" semua pemangku kepentingan untuk bisa mengangkat potensi ekonomi berkelanjutan dari aren itu.
Sekretaris DPW AAI Sumut, Hendra Peranginangin berharap pemerintah dan termasuk Bank Mestika memberikan pembinaan dan mendukung pengembangan produksi tanaman aren dan produk jadi tanaman itu, mulai gula aren dan produk turunannya, hingga dapat menjadi destinasi wisata edukasi.
Alasan dia, potensi besar aren itu karena hampir semua kota dan kabupaten di Sumut memiliki tanaman aren, namun ternyata nilai ekonominya masih kecil akibat kurangnya pembinaan.
Petani, katanya, juga sering diliputi keraguan untuk berbisnis tanaman dan gula aren karena pendapatan mereka tidak seperti diharapkan.
"Petani jadi banyak meninggalkan bisnis gula aren dan terpaksa memilih menjual dalam bentuk nira karena selisih harganya hanya sedikit," katanya.
Harga Nira Rp12.500 per liter dan tidak perlu memasak lama menjadi Gula Aren dengan harga Rp20. 000 per kg.
Bank Mestika kunjungi petani dan pengrajin gula aren di Deliserdang
Jumat, 28 Juli 2023 19:42 WIB 2147